Pengaguman tiada batas teruntuk ayahanda, pernikahan beliau dengan ibu yang terhitung sudah tidak muda lagi bagiku. Putra tunggal ayah.
Selama aku hidup, tidak pernah sekalipun mereka bertengkar. Ini adalah alasan mengapa aku begitu kagum pada beliau. Aku begitu ingin meneladani apa yang beliau teladankan padaku, juga pada para pembaca tentunya.
Setelah tiba hari pernikahanku, aku bertekad untuk menjaga keyakinanku untuk selalu menjaga agar tidak terjadi pertengkaran dalam rumah tangga kami seperti halnya rumah tangga ayah waktu itu.
Namun entahlah, selang beberapa bulan pernikahan kami, hal-hal kecil selalu menjadi masalah. Hingga pada suatu hari aku tidak tahan dan dengan hati gontai ku langkahkan kaki kerumah untuk bercerita dan meminta nasihat kepada ayah.
Mendengar panjang lebar kesahku, beliaupun pergi ke kamar dan tampak membawa sesuatu keluar untuk beliau perlihatkan padaku.
Sebuah tumpukan kertas yang sudah tidak baru lagi, usang berdebu. sepertinya tumpukan kertas ini melebihi usiaku sendiri. Entahlah...Aku memilih untuk menunggu beliau bercerita saja.
Beliau mulai pembicaraan kami dengan senyum haru, senyum bangga, dan kadang sedikit tampak fikiran beliau menerawang, pandangan mengenang.
"Nak.."
sapa beliau memecah keheningan. "Kau tahu ini? ya,,ini adalah tulisanku. "
Sesekali kuamati satu persatu kertas dalam tumpukan itu. Memang benar, ini tulisan beliau. Berisi tentang semua hal baik mengenai ibu. Namun ada hal yang ingin aku tanyakan, mengapa tulisannya bermacam-macam? Ada yang miring-miring, tidak begitu jelas karena mungkin terlalu cepat menulisnya, juga ada yang sampai kertasnya berlubang.
"Begitulah ayahmu ini...masa-masa sulit, menjengkelkan dalam rumah tangga itu hal biasa. namun yang harus kau tahu, ada banyak cara bagaimana kita menyikapi hal itu. Dan yang ayah lakukan adalah mengingat baik-baik hal positif dari ibumu. menulis semua kebaikan ibumu dengan emosi yang meluap itu, dan berangsur-angsur, api itupun reda. dan sisanya, hanyalah cintaku yang semakin subur untuk ibumu. Dan hal ini juga yang ibumu lakukan saat ia kesal pada ayah. " beliau terkekeh.
Cinta itu, akan selalu memaafkan.
:)
Andai kau sadari.
:)