Pagi ini, dia, si mungil buah hati kami yang masih di dalam kandungan semakin aktif bergerak. Entah gerakan apa tepatnya, karena kami memutuskan untuk belum melakukan USG terlebih dahulu hingga bulan ke tujuh atau ke delapan nanti. Perkembangannya sudah bagus, begitu yang kemarin seorang bidan katakan kepada kami saat pemeriksaan rutin setiap bulan yang kami lakukan. Uniknya, kami selalu menebak-nebak gerakan apa yang kira kira bayi kami lakukan dalam rahim ini.Rasanya masih belum percaya, akhirnya Tuhan mempercayakan sebuah amanah untuk kami. Ada perasaan cemas, gelisah, tidak sabar dan tentunya perasaan bahagia tak terhingga yang hanya Tuhan beri untuk kami, aku dan ia, calon ayah dari anak-anakku.
Abii, begitu aku memanggilnya. Sosok yang makin lama ku kenali perangai sholihnya ini, makin hari makin semangat membagi ilmunya di sebuah sekolah menengah pertama di kecamatan sebelah. Alhamdulillaah, Maha Adil Tuhan yang dengan Kuasa-Nya menempatkan Abii sebagai guru tetap di sebuah sekolah bertaraf internasional di sini. Bahkan hanya terhitung beberapa hari setelah Abii resmi di wisuda dari Universitas kami. Seolah memang Tuhan sudah menata sedemikian rupa perjalanan hidup kami hingga tepat saat kami membutuhkan pekerjaan, Tuhan memberikan bahkan lebih dari yang sebelumnya kami bayangkan.
Dahulu, sebelum pada akhirnya kami memutuskan untuk membangun keluarga kecil bersama di bawah Ridho-Nya, pernah suatu kali aku meminta kepada Abii untuk membacakan al-Qur’an hingga sembilan kali khatam saat hamilku nanti. Ia menyetujuinya tanpa berpikir dua kali. Awalnya aku meragukan apa yang ia janjikan padaku. Karena aku rasa, hal itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Terlebih untuknya yang aku kenal dengan sifat cuek dan usia yang masih terlampau muda untuk melakukan hal berat yang berkaitan dengan kegiatan spiritual. Namun keraguan itu pudar begitu saja saat setiap pagi, siang dan malam tanpa kenal waktu ia lantunkan ayat-ayat suci itu tanpa sebuah keraguan. Bahkan tanpa aku ingatkan. Hampir setiap malam, setelah Abii terlelap, aku bangun dan mengecup seluruh wajahnya, menangis dan terus berucap syukur karena telah Tuhan kirim aku seorang malaikat sepertinya. Ia yang begitu menyayangiku apa adanya, yang begitu sabar dengan segala kekuranganku, yang begitu bijaksana menuntunku, membawaku lebih baik dari aku yang dahulu. Kurasa, Tuhan memberi lebih dari yang dahulu selalu aku pinta dalam do’a-do’aku saat penantian hadirnya pemilik tulang rusukku. Tuhan memberiku lebih dari sekedar kriteria imam yang selalu aku ajukan dahulu. Dan lagi, aku hanya bisa menangis haru mengingat semua ini. Segala yang Tuhan beri lewat hidup baruku bersamanya. Semoga Tuhan selalu memberikan kebahagiaan untukmu, wahai adam yang selalu membuatku merasa sempurna menjadi apa adaku. I LOVE U.
---
Tujuh bulan berlalu begitu saja, tepatnya dua puluh delapan minggu tiga hari, kami hidup bersama dengan calon buah hati kami. Padahal rasanya baru kemarin, Abii memelukku bahagia setelah kami tahu telah tumbuh janin dalam rahimku. Hari ini, enam belas Juli 2015, aku dan Abii sudah berada di tanah Lamongan untuk merayakan lebaran iedul fitri bersama dengan keluarga besar dari Abii. Setelah melalui perjalanan melelahkan dengan bus Magelang-Lamongan, kami memutuskan untuk melakukan USG di sini. Memastikan calon debay berada dalam keadaan baik setelah aku, ummii nya bermabuk-mabuk ria di bus semalaman. Entahlah, bawaan debay mungkin yang membuatku tidak bisa menahan perasaan mual yang begitu kuat saat berada di dalam bus. Dan ku katakan ini adalah sebuah nikmat istimewa yang Tuhan berikan hanya untuk para calon ibu di dunia ini.
“Bayinya sehat ya..semuanya dalam keadaan baik, mau tahu jenis kelaminnya buk?”, begitu tanya pak dokter yang sedang sibuk menggerak-gerakkan kursor USG di atas perutku. Spontan saja aku lempar pertanyaan yang sama kepada Abii. Dan kamipun setuju untuk mengetahuinya. Segala puji bagi Allah, dokter bilang dari ciri-ciri yang bisa terlihat, jenis kelamin buah hati kami insyaAllah perempuan. Bukan, bukan kami bermaksud “Ndisiki Kerso” ( Mendahului kehendak Allah ). Kami pasrah, bahkan akan sangat bersyukur akan Allah titahkan dengan jenis kelamin perempuan maupun laki laki nantinya. Yang selalu terucap dari do’a-do’a kami hanyalah kesehatan, kesempurnaan, dan sholihnya keturunan kami. Itu saja. Selebihnya, biar Tuhan jawab dengan kenyataan yang selalu lebih indah dari harapan-harapan yang menggantung di benak kami.
Sore ini, ada perasaan bahagia tak terhingga yang tiba-tiba Tuhan berikan pada kami lewat penglihatan kami dari hasil USG tadi. Mungkin beginilah perasaan yang orang orang punya saat takjub melihat bahwa ada seorang bayi mungil berada dalam rahimnya. Bahwa Tuhan memberikan amanah buah hati dari cinta kami berdua. Padahal, terakhir kami lihat dari USG saat awal kehamilan dahulu, ia hanya terlihat seperti lingkaran kecil yang berdetak. Dan sekarang, ia sudah sempurna menjadi bayi mungil, lengkap dengan gerakan kaki dan tangannya. Subhanallaah..jika saja seketika itu kami pantas menangis di hadapan dokter dan perawatnya, maka telah tersedulah kami atas keharuan ini. Aku, makin sayang dengannya, Abii, adam yang Tuhan beri kelembutan hati, hingga luluh pula hatinya dengan semua kebesaran-Nya ini.
---
Minggu terasa berjalan lebih cepat dari biasanya. Mungkin karena rutinitas Abii di sekolah yang sudah mulai berlangsung, juga nafsu makan bumilku yang mulai bertambah sejak ritual “morning sick” di awal kehamilan dulu. Semakin bisa menikmati kehamilan dan hari-hari dirumah dengan rutinitasku sebagai ibu rumah tangga. Sedikit bercerita tentang pekerjaan, aku dan Abii sepakat agar untuk sementara waktu, aku fokus dengan calon debay hingga buah hati kami lahir dan berusia sekitar 3-4 tahunan (Usia masuk Pendidikan Anak Usia Dini). Untuk kemudian jika Allah beri kesempatan untukku memanfaatkan ilmu di sebuah sekolah. Beberapa tawaran mengajar sempat datang kepadaku. Dari playgroup hingga sebuah instansi Madrasah Aliyah yang kebetulan memang sedang membutuhkan tenaga pengajar bahasa Arab. Bagaimanapun inginku untuk segera bisa memanfaatkan ilmu, apalah daya. Yakin saja, suatu saat nanti akan Allah beri kesempatan untukku lagi setelah aku melaksanakan tugas yang lebih mulia, mendidik buah hati kami dengan sebaik baiknya pendidikan. Bukan kah memang ibu adalah seorang guru pertama dan yang utama?
Terlebih dengan impian kami menjadikan buah hati kami cinta al-Qur'an, cinta kepada Tuhannya
,adalah impian yang sejak dini harus kami tanamkan. Tidak ingin ada kebodohan dan kekeliruan pendidikan seperti yang dahulu kami terima. Semoga, ilmu tentang parenting yang masih tak seberapa ini terus bertambah dan dapat kami laksanakan demi amanah yang masih aku kandung ini.
*Bersama Do'a-do'a ini, istajib du'aa anaa ya Rabb..
:')
Setiap hal akan dimintai pertanggungjawaban. Dan pastikan setiap tulisan yang kau bagikan mampu memberi manfaat, tidak menjadi pemberat amal burukmu di akhirat kelak.
Hal penting saat orang tua bersama anak
Friday, 21 August 2015
Thursday, 20 August 2015
Menimba ilmu di Pasca Sarjana
Satu persatu dari teman seangkatan kami mulai mendapatkan pengumuman diterima di pasca sarjana universitas ini dan itu. Di jurusan ini dan itu. Kami, dua orang yang sudah jauh terlebih dahulu mendapatkan kesempatan lulus lebih awal masih beribu kali menimbang nimbang. Masalah biaya adalah nomor sekian. Untuk apa dipikir, toh kalau saja mas mau, abah ummik masih mau membantu dengan suka rela. Ada hal lain yang membuatku mengurungkan niat mas yang sebenarnya sudah ingin melanjutkan pendidikan S2nya. jauh di atas langit sana, telah ku gantungkan sebuah impian beserta do’aku, bahwa suatu saat nanti, mas akan Tuhan beri kesempatan untuk menimba ilmu di Timur Tengah dengan beasiswa. Aku yakin mas punya kesempatan itu. Kesempatan yang jelas, lebih mas punya dari pada aku. Percaya lah mas, walau taruhannya adalah melepaskan pekerjaan mas yang sekarang, tempat istimewa yang sesungguhnya sudah Allah beri dengan Cuma Cuma, Allah pasti akan beri jalan lain untuk rizki keluarga kecil kita nanti. Aku selalu disini, dengan do’a-do’a yang tidak pernah terputus dari namamu. Masih dengan impian yang sama, kau menjadi imam yang kaya ilmu, dan aku menjadi makmum serta pendidik bagi anak anak kita dengan dahaga ilmu yang akan selalu kau siram kekeringannya. Aamiiin..
Kamis, 20 Agusus 2015
02.30pm
Kamis, 20 Agusus 2015
02.30pm
Subscribe to:
Posts (Atom)