---
Hei kau yang semalam datang memenuhi mimpiku, kau kira aku yang selalu manja padamu, aku yang selalu berkata “Ya” atas pinta pintamu, aku yang selalu paling mudah memaafkan kesalahan kesalahan hingga kebohongan kecilmu, aku yang selalu lebih terlihat terbuka padamu, aku yang selalu dengan polosnya lebih sering mendengar ceritamu bahkan ketika itu adalah sebuah kebohongan sekalipun, adalah perempuan kecil yang pernah kau anggap adik yang benar benar kau pahami perangainya?
---
Kau salah.
Kau salah, bang.
---
Justru aku. Aku adalah orang yang paling menyimpan begitu dalam sebuah rahasia yang bahkan kau tidak pernah membacanya dalam rengekan rengekanku. Aku adalah orang yang paling tidak bisa bernegosiasi atas sebuah penkhianatan. Tidak sekalipun. Aku adalah orang yang paling bisa mengabaikan orang yang pernah benar benar tulus ku sayang, kemudian mengabaikanku. Aku adalah orang yang akan selalu menutup telinga, mulut, mata dan hatiku untuk orang yang selalu kuanggap ada, namun melalaikan keberadaanku.
Abang, kau tahu?mungkin memang beginilah akhir cerita kita. Akhir cerita abang-adik antara aku, kau dan Nod yang juga “pernah” kau anggap ia sebagai adikmu. Berakhir sesuai dengan do’a do’a imam terbaikku. Karena seberapapun tulusnya aku menyayangimu sebagai seorang kakak, betapapun aku tidak pernah menduakan sayang ini untuknya, hubungan antara kau, aku dan Nod tidak pernah sekalipun berada di bawah ridhonya. Aku menghargai itu. Karena aku sepenuhnya adalah milik dia. Sepenuhnya aku hanya mencari ridhonya. Dan karenanya, semoga Tuhan memaafkanku telah meninggalkanmu begitu saja tanpa satupun pesan.
Semoga kau, kita, selalu Tuhan beri kebahagiaan dalam penjagaan terbaik-Nya.
Aku, yang pernah kau buat bahagia.
Hujan