Hal penting saat orang tua bersama anak

Saturday, 21 April 2012

Renungan Lir iLir

Bisakah luka yang teramat dalam ini nantinya akan sembuh,
bisakah kekecewan dan keputusasaan yang mengiris-iris hati berpuluh-puluh juta saudara kita ini pada akhirnya nanti akan kikis,
adakah kemungkinan kita merangkak naik kebumi dari jurang yang teramat curam dan dalam,

akankah api akan berkobar-kobar lagi apakah asap akan membumbung tinggi dan memenuhi angkasa tanah air,
akankah kita akan bertabrakan lagi jarah menjarah dengan pengorbanan yang tak terkirakan,
adakah kita tahu apa yang sebenarnya sedang kita jalani,

bersediakah sebenarnya kita untuk tau persis apa yang sesungguhnya kita cari, cakrawala manakah yang menjadi tujuan sebenarnya langkah-langkah kita,
pernahkah kita bertanya bagaimana melangkah yang ,
pernakah kita mencoba menyesali hal-hal yang barangkali perlu kita sesali dari prilaku-prilaku kita yang kemarin,
bisakah kita menumbuhkan kerendah hatian dibalik kebanggaan-kebanggaan,

masih tersediakah ruang di dalam dada kita dan akal kepala kita untuk sesekali berkata pada diri kita sendiri bahwa yang bersalah bukan hanya mereka,
bahwa yang melakukan dosa bukan ia tetapi juga kita masih tersediakah peluang didalam kerendahan hati kita untuk mencari apapun saja yang kira-kira kita perlukan meskipun barang kali menyakitkan diri kita sendiri mencari hal-hal yang benar-benar kita butuhkan supaya sakit…sakit..sakit kita ini benar benar sembuh total,

sekurang-kurang dengan perasaan santai kepada diri kita sendiri untuk menyadari dengan sportif bahwa yang mesti disembuhkan bukanlah yang berada diluar tubuh kita tetapi didalam diri kita,
yang perlu utama kita lakukan adalah penyembuhan diri yang kita yakini harus betul-betul disembuhkan justru adalah segala sesuatu yang berlaku didalam hati dan akal pikiran kita.


Saya ingin mengajak engkau semua memasuki dunia Lir ILir……(Lir iLir….Lir iLir….Tandure woh sumilir tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar……)
Kanjeng Sunan Ampel seakan-akan baru hari ini bertutur kepada kita,
tentang kita,
tentang segala sesuatu yang kita mengalaminya sendiri namun tidak kunjung sanggup kita mengerti.


Sejak lima abad silam syair itu telah Ia lantunkan dan tak ada jaminan bahwa sekarang kita sudah paham,
padahal kata-kata beliau mengeja kehidupan kita ini sendiri, alfa….beta..alif…ba….’ ta’….
kebingungan sejarah kita dari hari-kehari,
sejarah tentang sebuah negri yang puncak kerusakannya terletak pada ketidak sanggupan para penghuninya untuk mengakui betapa kerusakan itu sudah sedemikian tidak terperi

“menggeliatlah dari matimu!!! tutur sang Sunan…”

Siumanlah dari pingsan berpuluh-puluh tahun,

bangkitlah dari nyenyak tidurmu sungguh negri ini adalah penggalan Surga!!

Surga seakan-akan pernah bocor mencipratkan kekayaan dan keindahannya, dan cipratan keindahan itu bernama,

Indonesia Raya.


Kau bisa tanam benih kesejahteraanapa saja diatas kesuburan tanahnya yang tidak terkirakan ditengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra.
Tapi kita memang telah tidak mensyukuri rahmat sepenggal surga ini,
kita telah memboroskan anugerah tuhan ini dengan bercocok tanam ketidakadilan dan panen-panen kerakusan.

---(cah angon….cah angon penekno blimbing kuwi…..lunyu-lunyu penekno..kanggo mbasuh dhodot iro…)---

kanjeng sunan tidak memilih figure misalnya
---(Pak Jendral…Pak Jendral,,,,)---
juga bukan intelektual, Ulama-ulama’, seniman, sastrawan atau apapun, tetapi cah angon,
beliau juga menuturkan penekno blimbing kuwi bukan
---(Penekno pelem kuwi….)---
bukan penekno sawo kuwi, bukan penekno buah yang lain, tapi belimbing bergigir lima
terserah apa tafsirmu tentang lima,
yang jelas harus ada yang memanjat pohon yang licin itu,
--- (lunyu…lunyu penekno…) ---
agar belimbing bisa kita capai bersama
dan yang harus memanjat adalah cah angon anak gembala, tentu saja dia boleh seorang doctor, kyai, ulama, seniman, sastrawan atau siapapun,
namun dia harus memiliki daya angon daya menggembalakan kesanggupan untuk ngemong semua pihak,
karakter untuk merangkul dan memesrai siapa saja sesame saudara sebangsa, determinasi yang menciptakan garis besutan kedamaian bersama,
pemancar kasih sayang yang dibutuhkan dan diterima semua warna, semua golongan, semua kecendrungan,
bocah angon adalah pemimpin nasional,
bukan tokoh golongan atau pemuka suatu grombolan.
Selicin apapun pohon-pohon tinggi reformasi ini sang bocah angon harus memanjat sampai selamat memperoleh buahnya, bukan ditebang dirobohkan atau diperebutkan dan air sari pati belimbing gigir lima itu diperlukan bangsa ini untuk mencuci pakaian nasionalnya.

Pakaian adalah akhlak, pakaian adalah yang menjadikan manusia bukan binatang...
kalau engkau tidak percaya berdirilah di depan pasar dan copotlah pakaianmu!!!
maka engkau kehilangan harkatmu sebagai manusia. Pakaianlah yang membuat manusia bernama manusia, pakaian adalah pegangan nilai, landasan moral, dan system nilai. System nilai itulah yang harus kita cuci dengan pedoman lima!


Satu syair tidak bisa diselesaikan ditafsirkan dengan seribu jilid buku,
satu tembang syair tidak selesai ditafsirkan dengan waktu dan seribu orang.

Kami ingin mengajakmu untuk berkeliling untuk memandang warna-warni yang bermacam-macam dan membiarkan mereka dengan warnanya masing-masing, agar kita mengerti dengan hati dan ketulusan kita...

Wednesday, 11 April 2012

Sebuah Permohonan

Robbii…
dalam 1/3 malam terakhir-Mu ini
Aku bermunajat kepada-Mu
Merintih atas dosa yang berlumuran memenuhi diri
Meraba maaf-Mu
Mencoba menggapai kasih-Mu
Seberapapun kotornya diri ini
Aku yakin robbii,
Masih kau sisakan setitik putih dihati ini
Masih kau ikat segenggam iman dalam nurani ini
Karenanya,,biarkan putih itu menjalar
Membersihkan hitamku atas-Mu
Biarkan ia menjadi penguasa malam ini
Hingga kembali seluruh putihku dari-Mu
Berharap ridho-Mu menyertai setiap langkahku...

Hanya Kepada-Mu Tuhan

Mungkin iramaku tak lagi Do-Re-Mi
Nadaku tak lagi mayor atau minor
Sajakku pun tak lagi Ab-Ab
Namun satu yang kutau pasti
Irama-Mu selalu Satu
Nada-Mu salalu menggema disetiap waktu
Sajak-Mu menghiasi setiap koridor hati yang tertutup karang sekalipun
Nur-Mu tak terbatas ruang maupun waktu...
Ghaffar-Mu adalah lautan tanpa batas,
Lathif-Mu adalah awan yang senantiasa mengikuti setiap kepala
yang ku tau itu selalu, selamanya...

Kemudian, inilah yang Terbaik

Impian itu menyeruak kembali dari dalam benakku
Menggedor pintu logika
Memaksaku mengenang kembali masa Dimana aku begitu mungkin menggapainya
Begitu nyata...
Satu langkah lagi
Ya... satu langkah lagi
Rabbii..mengapa Kau hadirkan mimpi itu lagi?
Setelah sekian lama aku kubur dalam Sangat dalam
Ya Rabbii.. ihfadzni…
Jaga aku dalam penjagaan-Mu yang teraman
Dari segala perhiasan dunia ini

Aku hanya ingin berjalan di jalan-Mu
Jalan yang Kau persiapkan untukku…


170212.07.00pm

Terbang dalam Lamunan

Mentari pagi menelusup jendela
Sergap tangan ini melindungi mataku yang silau Dan begitu menyesakkan
Tak bosan mentari menghantam kaca kampus
Hingga selalu saja mata ini pedih olehnya
Belum lagi dengan hati yang kian sesak
Sesak melihat pemandangan layu
Sekilas terlihat begitu jelas bayangan itu
Agh…masih sakit…
Adakah luka disana…
Adakah obatnya???
Terbius dalam lamunan

***

Astaghfirullah…… Satu pertanyaan melayang dari dosen
Tersadar.. Terperanjat... Ternganga…

Bingung..

Kau Tahu, Aku Bisa

Usang berdebu
seperti ada sesuatu yang menodainya…
Aku yakin ada sepercik air di dataran gersang ini untuk membersihkanya
mensucikannya hingga kaca itu bening kembali…
pasti ada…
tidak akan menyerah aku mencarinya
akan aku buat benalu-benalu itu tercengang akan kembali beningnya kaca itu!!!

Lihat saja!!!

MF