Hal penting saat orang tua bersama anak

Thursday, 5 November 2015

Abang Part 2

---

Hei kau yang semalam datang memenuhi mimpiku, kau kira aku yang selalu manja padamu, aku yang selalu berkata “Ya” atas pinta pintamu, aku yang selalu paling mudah memaafkan kesalahan kesalahan hingga kebohongan kecilmu, aku yang selalu lebih terlihat terbuka padamu, aku yang selalu dengan polosnya lebih sering mendengar ceritamu bahkan ketika itu adalah sebuah kebohongan sekalipun, adalah perempuan kecil yang pernah kau anggap adik yang benar benar kau pahami perangainya?
---
Kau salah.
Kau salah, bang.

---
Justru aku. Aku adalah orang yang paling menyimpan begitu dalam sebuah rahasia yang bahkan kau tidak pernah membacanya dalam rengekan rengekanku. Aku adalah orang yang paling tidak bisa bernegosiasi atas sebuah penkhianatan. Tidak sekalipun. Aku adalah orang yang paling bisa mengabaikan orang yang pernah benar benar tulus ku sayang, kemudian mengabaikanku. Aku adalah orang yang akan selalu menutup telinga, mulut, mata dan hatiku untuk orang yang selalu kuanggap ada, namun melalaikan keberadaanku.
Abang, kau tahu?mungkin memang beginilah akhir cerita kita. Akhir cerita abang-adik antara aku, kau dan Nod yang juga “pernah” kau anggap ia sebagai adikmu. Berakhir sesuai dengan do’a do’a imam terbaikku. Karena seberapapun tulusnya aku menyayangimu sebagai seorang kakak, betapapun aku tidak pernah menduakan sayang ini untuknya, hubungan antara kau, aku dan Nod tidak pernah sekalipun berada di bawah ridhonya. Aku menghargai itu. Karena aku sepenuhnya adalah milik dia. Sepenuhnya aku hanya mencari ridhonya. Dan karenanya, semoga Tuhan memaafkanku telah meninggalkanmu begitu saja tanpa satupun pesan.
Semoga kau, kita, selalu Tuhan beri kebahagiaan dalam penjagaan terbaik-Nya.
Aku, yang pernah kau buat bahagia.
Hujan

Saturday, 31 October 2015

Tips agar luka jahitan pasca melahirkan cepat sembuh

Kali ini, penulis ingin berbagi sedikit pengalaman berharga dari pengalaman penulis pasca melahirkan beberapa hari yang lalu. Semoga nantinya, beberapa tips dibawah ini bisa membantu bunda bunda agar cepat melalui masa-masa "pasca melahirkan" yang banyak dianggap momok bagi para bunda di rumah.

1. Konsumsi protein tinggi
Salah satu makanan yang dapat membantu mempercepat proses pemulihan jahitan pasca melahirkan adalah makanan yang mengandung protein tinggi. Seperti putih telur, ikan (saran, ikan gabus/kutuk) dls.

2. Sering ganti pembalut
Selain perawatan dari dalam seperti mengkonsumsi makanan tinggi protein, bunda juga tidak boleh malas mengganti pembalut setiap beberapa jam sekali. Hal ini sangat penting untuk menjaga kebersihan luka agar tetap steril (bersih) sehingga luka cepat mengering. Jangan lupa untuk membersihkan area jahitan dengan kapas yang diberi betadine ya bunda. Agar kebersihannya terjamin.

3. Jangan takut untuk bergerak
Biasanya, kebanyakan bunda ragu atau takut untuk melakukan banyak gerakan atau bahkan takut untuk bergerak. Namun bunda tidak perlu khawatir karena justru dengan banyak bergerak, bunda akan terbiasa dan luka tidak akan terasa sakit.
Demikian beberapa tips yang bisa saya share. Semoga bermanfaat.
:')

Friday, 23 October 2015

Menghitung mundur, hari "H" Persalinan

Kamis, 24 September 2015, Ied Adha.
Sayang, hari-hari yang harus kulalui bersama buah hati kita dalam rahimku terasa semakin berat. Bukan, bukan aku tidak bahagia. Aku sangat bahagia, tidak sabar menggendongnya, menina bobokannya, memperkenalkan ia pada Abiinya yang begitu sayang padanya, menuntun ia menjadi ahlul qur’an seperti impian kita. Aku sangat bahagia menunggunya. Merasakan perkembangannya yang kian hari kian tumbuh, kian aktif menendang nendang umminya. Juga kau yang selalu lebih perhatian dari hari ke hari. Menciumi perut buncitku, mengajak ia berbicara, memijiti kakiku yang seringkali kesakitan pinggangnya, bangun malam karena rengekan tidak nyaman posisi tidurku. Ku sebut kebahagiaan ini, sempurna.
Namun sayang, juga tidak bisa ku pungkiri perasaan khawatir yang begitu dalam ini. Aku tidak ingin kau tinggal tinggal barang sehari atau dua hari lagi seperti kemarin saat kau pulang ke tanah kelahiranmu. Aku tidak ingin melewatkan satu detikpun tanpamu. Tidak ingin melewatkan satupun kesempatan untuk bisa membuatmu tersenyum bahagia bersamaku. Tidak ingin barang satu atau dua jam yang harusnya kau lewatkan dirumah bersamaku kau habiskan di sekolah untuk alasan apapun. Egois bukan?
Tapi sayang, ketahuilah, bahwa detik saat aku berjuang melahirkan buah hati kita nanti, adalah detik dimana tidak seorangpun tahu akan sampai mana Tuhan menuntun takdirku. Apakah aku masih Dia beri kesempatan untuk bersama-sama denganmu menjaga amanah kita, atau tidak.
Aku tidak ingin membuat diriku sendiri terpuruk dengan perasaan itu. Tidak ingin membuat buah hati kita terlebih engkau bersedih atas apa yang aku pikirkan. Namun setidaknya, kau bisa mengerti, hingga mafhum mengapa aku bertambah manja dan bawel belakangan ini.
Aku sayang Abii sanget. Deras air mata yang menetes bersama mengalirnya kata kata ini, adalah saksi nyata perasaan cinta yang tiada pertama juga kedua. Karena kau adalah satu satunya setelah Tuhan dan nabiku.
Dan perasaan ini akan selalu sama. Selamanya.
Bahagialah selalu Abii, imam sholihku. Maafkan aku yang masih saja belum sempurna dalam menjadi makmummu.

Aku, yang selalu kau buat bahagia.
:’)

Senin, 19 Oktober 2015
19 Oktober, tepat saat “due date” kelahiran buah hati kita, telah Abii sempurnakan khatam al-qur’an 9x nya. Tepat sesuai janji yang pernah terikrar jauh sebelum halalku atasmu. Terimakasih sayang, linangan air mata saat do’a takhtim tadi adalah rasa syukur tiada dua, terimakasih tiada tara untuk semua kesungguhan dan cintamu untuk kami, isteri dan calon buah hatimu. Semoga, Allah segerakan kelahiran buah hati kita dengan lancar. Meski detik detik yang terus terlewat dari “due date” menjadikan kecemasan menggalayut dalam hatimu, aku ingin meyakinkan bahwa kami baik-baik saja.
Rabu, 21 Oktober 2015
Abii menjadi begitu siaga. Lebih sering menciumi perut buncitku dengan menuturkan kata-kata sayang hingga harapan agar si debay segera lahir. Beberapa kali mengirim pesan saat masih mengajar, memastikan keadaanku, apakah sudah ada tanda-tanda persalinan atau belum. Bingung harus mengakui perasaan yang mana, bahagiakah karena begitu di cemaskan dan diperhatikan?atau cemaskah karena Abii juga terlihat begitu cemas dengan kemunduran dari “due date” kelahiran yang telah dinyatakan dokter?
Aah,,Tuhan, jangan Kau buat ia sedih dan cemas seperti ini saat ia harus berjihad bersama anak-anak didiknya di medan pertempuran sana. Aku memilih tersenyum dan hanya meminta do’a agar reda rasa cemasnya. Aku yakin, Tuhan tahu yang terbaik untuk kami. Dan akan Tuhan pilihkan hari terbaik untuk kelahiran buah hati kita nanti.
“Hanah waladat Maryam,
Maryam waladat Isa,
Ukhruj ayyuhal maulud,
Bi kudrotil malikil ma’bud”

Aamiin...

Friday, 21 August 2015

Sebait perjalanan masa Pregnancy

Pagi ini, dia, si mungil buah hati kami yang masih di dalam kandungan semakin aktif bergerak. Entah gerakan apa tepatnya, karena kami memutuskan untuk belum melakukan USG terlebih dahulu hingga bulan ke tujuh atau ke delapan nanti. Perkembangannya sudah bagus, begitu yang kemarin seorang bidan katakan kepada kami saat pemeriksaan rutin setiap bulan yang kami lakukan. Uniknya, kami selalu menebak-nebak gerakan apa yang kira kira bayi kami lakukan dalam rahim ini.Rasanya masih belum percaya, akhirnya Tuhan mempercayakan sebuah amanah untuk kami. Ada perasaan cemas, gelisah, tidak sabar dan tentunya perasaan bahagia tak terhingga yang hanya Tuhan beri untuk kami, aku dan ia, calon ayah dari anak-anakku.
Abii, begitu aku memanggilnya. Sosok yang makin lama ku kenali perangai sholihnya ini, makin hari makin semangat membagi ilmunya di sebuah sekolah menengah pertama di kecamatan sebelah. Alhamdulillaah, Maha Adil Tuhan yang dengan Kuasa-Nya menempatkan Abii sebagai guru tetap di sebuah sekolah bertaraf internasional di sini. Bahkan hanya terhitung beberapa hari setelah Abii resmi di wisuda dari Universitas kami. Seolah memang Tuhan sudah menata sedemikian rupa perjalanan hidup kami hingga tepat saat kami membutuhkan pekerjaan, Tuhan memberikan bahkan lebih dari yang sebelumnya kami bayangkan.
Dahulu, sebelum pada akhirnya kami memutuskan untuk membangun keluarga kecil bersama di bawah Ridho-Nya, pernah suatu kali aku meminta kepada Abii untuk membacakan al-Qur’an hingga sembilan kali khatam saat hamilku nanti. Ia menyetujuinya tanpa berpikir dua kali. Awalnya aku meragukan apa yang ia janjikan padaku. Karena aku rasa, hal itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Terlebih untuknya yang aku kenal dengan sifat cuek dan usia yang masih terlampau muda untuk melakukan hal berat yang berkaitan dengan kegiatan spiritual. Namun keraguan itu pudar begitu saja saat setiap pagi, siang dan malam tanpa kenal waktu ia lantunkan ayat-ayat suci itu tanpa sebuah keraguan. Bahkan tanpa aku ingatkan. Hampir setiap malam, setelah Abii terlelap, aku bangun dan mengecup seluruh wajahnya, menangis dan terus berucap syukur karena telah Tuhan kirim aku seorang malaikat sepertinya. Ia yang begitu menyayangiku apa adanya, yang begitu sabar dengan segala kekuranganku, yang begitu bijaksana menuntunku, membawaku lebih baik dari aku yang dahulu. Kurasa, Tuhan memberi lebih dari yang dahulu selalu aku pinta dalam do’a-do’aku saat penantian hadirnya pemilik tulang rusukku. Tuhan memberiku lebih dari sekedar kriteria imam yang selalu aku ajukan dahulu. Dan lagi, aku hanya bisa menangis haru mengingat semua ini. Segala yang Tuhan beri lewat hidup baruku bersamanya. Semoga Tuhan selalu memberikan kebahagiaan untukmu, wahai adam yang selalu membuatku merasa sempurna menjadi apa adaku. I LOVE U.
---
Tujuh bulan berlalu begitu saja, tepatnya dua puluh delapan minggu tiga hari, kami hidup bersama dengan calon buah hati kami. Padahal rasanya baru kemarin, Abii memelukku bahagia setelah kami tahu telah tumbuh janin dalam rahimku. Hari ini, enam belas Juli 2015, aku dan Abii sudah berada di tanah Lamongan untuk merayakan lebaran iedul fitri bersama dengan keluarga besar dari Abii. Setelah melalui perjalanan melelahkan dengan bus Magelang-Lamongan, kami memutuskan untuk melakukan USG di sini. Memastikan calon debay berada dalam keadaan baik setelah aku, ummii nya bermabuk-mabuk ria di bus semalaman. Entahlah, bawaan debay mungkin yang membuatku tidak bisa menahan perasaan mual yang begitu kuat saat berada di dalam bus. Dan ku katakan ini adalah sebuah nikmat istimewa yang Tuhan berikan hanya untuk para calon ibu di dunia ini.
“Bayinya sehat ya..semuanya dalam keadaan baik, mau tahu jenis kelaminnya buk?”, begitu tanya pak dokter yang sedang sibuk menggerak-gerakkan kursor USG di atas perutku. Spontan saja aku lempar pertanyaan yang sama kepada Abii. Dan kamipun setuju untuk mengetahuinya. Segala puji bagi Allah, dokter bilang dari ciri-ciri yang bisa terlihat, jenis kelamin buah hati kami insyaAllah perempuan. Bukan, bukan kami bermaksud “Ndisiki Kerso” ( Mendahului kehendak Allah ). Kami pasrah, bahkan akan sangat bersyukur akan Allah titahkan dengan jenis kelamin perempuan maupun laki laki nantinya. Yang selalu terucap dari do’a-do’a kami hanyalah kesehatan, kesempurnaan, dan sholihnya keturunan kami. Itu saja. Selebihnya, biar Tuhan jawab dengan kenyataan yang selalu lebih indah dari harapan-harapan yang menggantung di benak kami.
Sore ini, ada perasaan bahagia tak terhingga yang tiba-tiba Tuhan berikan pada kami lewat penglihatan kami dari hasil USG tadi. Mungkin beginilah perasaan yang orang orang punya saat takjub melihat bahwa ada seorang bayi mungil berada dalam rahimnya. Bahwa Tuhan memberikan amanah buah hati dari cinta kami berdua. Padahal, terakhir kami lihat dari USG saat awal kehamilan dahulu, ia hanya terlihat seperti lingkaran kecil yang berdetak. Dan sekarang, ia sudah sempurna menjadi bayi mungil, lengkap dengan gerakan kaki dan tangannya. Subhanallaah..jika saja seketika itu kami pantas menangis di hadapan dokter dan perawatnya, maka telah tersedulah kami atas keharuan ini. Aku, makin sayang dengannya, Abii, adam yang Tuhan beri kelembutan hati, hingga luluh pula hatinya dengan semua kebesaran-Nya ini.
---
Minggu terasa berjalan lebih cepat dari biasanya. Mungkin karena rutinitas Abii di sekolah yang sudah mulai berlangsung, juga nafsu makan bumilku yang mulai bertambah sejak ritual “morning sick” di awal kehamilan dulu. Semakin bisa menikmati kehamilan dan hari-hari dirumah dengan rutinitasku sebagai ibu rumah tangga. Sedikit bercerita tentang pekerjaan, aku dan Abii sepakat agar untuk sementara waktu, aku fokus dengan calon debay hingga buah hati kami lahir dan berusia sekitar 3-4 tahunan (Usia masuk Pendidikan Anak Usia Dini). Untuk kemudian jika Allah beri kesempatan untukku memanfaatkan ilmu di sebuah sekolah. Beberapa tawaran mengajar sempat datang kepadaku. Dari playgroup hingga sebuah instansi Madrasah Aliyah yang kebetulan memang sedang membutuhkan tenaga pengajar bahasa Arab. Bagaimanapun inginku untuk segera bisa memanfaatkan ilmu, apalah daya. Yakin saja, suatu saat nanti akan Allah beri kesempatan untukku lagi setelah aku melaksanakan tugas yang lebih mulia, mendidik buah hati kami dengan sebaik baiknya pendidikan. Bukan kah memang ibu adalah seorang guru pertama dan yang utama?
Terlebih dengan impian kami menjadikan buah hati kami cinta al-Qur'an, cinta kepada Tuhannya
,adalah impian yang sejak dini harus kami tanamkan. Tidak ingin ada kebodohan dan kekeliruan pendidikan seperti yang dahulu kami terima. Semoga, ilmu tentang parenting yang masih tak seberapa ini terus bertambah dan dapat kami laksanakan demi amanah yang masih aku kandung ini.


*Bersama Do'a-do'a ini, istajib du'aa anaa ya Rabb..
:')

Thursday, 20 August 2015

Menimba ilmu di Pasca Sarjana

Satu persatu dari teman seangkatan kami mulai mendapatkan pengumuman diterima di pasca sarjana universitas ini dan itu. Di jurusan ini dan itu. Kami, dua orang yang sudah jauh terlebih dahulu mendapatkan kesempatan lulus lebih awal masih beribu kali menimbang nimbang. Masalah biaya adalah nomor sekian. Untuk apa dipikir, toh kalau saja mas mau, abah ummik masih mau membantu dengan suka rela. Ada hal lain yang membuatku mengurungkan niat mas yang sebenarnya sudah ingin melanjutkan pendidikan S2nya. jauh di atas langit sana, telah ku gantungkan sebuah impian beserta do’aku, bahwa suatu saat nanti, mas akan Tuhan beri kesempatan untuk menimba ilmu di Timur Tengah dengan beasiswa. Aku yakin mas punya kesempatan itu. Kesempatan yang jelas, lebih mas punya dari pada aku. Percaya lah mas, walau taruhannya adalah melepaskan pekerjaan mas yang sekarang, tempat istimewa yang sesungguhnya sudah Allah beri dengan Cuma Cuma, Allah pasti akan beri jalan lain untuk rizki keluarga kecil kita nanti. Aku selalu disini, dengan do’a-do’a yang tidak pernah terputus dari namamu. Masih dengan impian yang sama, kau menjadi imam yang kaya ilmu, dan aku menjadi makmum serta pendidik bagi anak anak kita dengan dahaga ilmu yang akan selalu kau siram kekeringannya. Aamiiin..

Kamis, 20 Agusus 2015
02.30pm