Hal penting saat orang tua bersama anak

Saturday, 31 October 2015

Tips agar luka jahitan pasca melahirkan cepat sembuh

Kali ini, penulis ingin berbagi sedikit pengalaman berharga dari pengalaman penulis pasca melahirkan beberapa hari yang lalu. Semoga nantinya, beberapa tips dibawah ini bisa membantu bunda bunda agar cepat melalui masa-masa "pasca melahirkan" yang banyak dianggap momok bagi para bunda di rumah.

1. Konsumsi protein tinggi
Salah satu makanan yang dapat membantu mempercepat proses pemulihan jahitan pasca melahirkan adalah makanan yang mengandung protein tinggi. Seperti putih telur, ikan (saran, ikan gabus/kutuk) dls.

2. Sering ganti pembalut
Selain perawatan dari dalam seperti mengkonsumsi makanan tinggi protein, bunda juga tidak boleh malas mengganti pembalut setiap beberapa jam sekali. Hal ini sangat penting untuk menjaga kebersihan luka agar tetap steril (bersih) sehingga luka cepat mengering. Jangan lupa untuk membersihkan area jahitan dengan kapas yang diberi betadine ya bunda. Agar kebersihannya terjamin.

3. Jangan takut untuk bergerak
Biasanya, kebanyakan bunda ragu atau takut untuk melakukan banyak gerakan atau bahkan takut untuk bergerak. Namun bunda tidak perlu khawatir karena justru dengan banyak bergerak, bunda akan terbiasa dan luka tidak akan terasa sakit.
Demikian beberapa tips yang bisa saya share. Semoga bermanfaat.
:')

Friday, 23 October 2015

Menghitung mundur, hari "H" Persalinan

Kamis, 24 September 2015, Ied Adha.
Sayang, hari-hari yang harus kulalui bersama buah hati kita dalam rahimku terasa semakin berat. Bukan, bukan aku tidak bahagia. Aku sangat bahagia, tidak sabar menggendongnya, menina bobokannya, memperkenalkan ia pada Abiinya yang begitu sayang padanya, menuntun ia menjadi ahlul qur’an seperti impian kita. Aku sangat bahagia menunggunya. Merasakan perkembangannya yang kian hari kian tumbuh, kian aktif menendang nendang umminya. Juga kau yang selalu lebih perhatian dari hari ke hari. Menciumi perut buncitku, mengajak ia berbicara, memijiti kakiku yang seringkali kesakitan pinggangnya, bangun malam karena rengekan tidak nyaman posisi tidurku. Ku sebut kebahagiaan ini, sempurna.
Namun sayang, juga tidak bisa ku pungkiri perasaan khawatir yang begitu dalam ini. Aku tidak ingin kau tinggal tinggal barang sehari atau dua hari lagi seperti kemarin saat kau pulang ke tanah kelahiranmu. Aku tidak ingin melewatkan satu detikpun tanpamu. Tidak ingin melewatkan satupun kesempatan untuk bisa membuatmu tersenyum bahagia bersamaku. Tidak ingin barang satu atau dua jam yang harusnya kau lewatkan dirumah bersamaku kau habiskan di sekolah untuk alasan apapun. Egois bukan?
Tapi sayang, ketahuilah, bahwa detik saat aku berjuang melahirkan buah hati kita nanti, adalah detik dimana tidak seorangpun tahu akan sampai mana Tuhan menuntun takdirku. Apakah aku masih Dia beri kesempatan untuk bersama-sama denganmu menjaga amanah kita, atau tidak.
Aku tidak ingin membuat diriku sendiri terpuruk dengan perasaan itu. Tidak ingin membuat buah hati kita terlebih engkau bersedih atas apa yang aku pikirkan. Namun setidaknya, kau bisa mengerti, hingga mafhum mengapa aku bertambah manja dan bawel belakangan ini.
Aku sayang Abii sanget. Deras air mata yang menetes bersama mengalirnya kata kata ini, adalah saksi nyata perasaan cinta yang tiada pertama juga kedua. Karena kau adalah satu satunya setelah Tuhan dan nabiku.
Dan perasaan ini akan selalu sama. Selamanya.
Bahagialah selalu Abii, imam sholihku. Maafkan aku yang masih saja belum sempurna dalam menjadi makmummu.

Aku, yang selalu kau buat bahagia.
:’)

Senin, 19 Oktober 2015
19 Oktober, tepat saat “due date” kelahiran buah hati kita, telah Abii sempurnakan khatam al-qur’an 9x nya. Tepat sesuai janji yang pernah terikrar jauh sebelum halalku atasmu. Terimakasih sayang, linangan air mata saat do’a takhtim tadi adalah rasa syukur tiada dua, terimakasih tiada tara untuk semua kesungguhan dan cintamu untuk kami, isteri dan calon buah hatimu. Semoga, Allah segerakan kelahiran buah hati kita dengan lancar. Meski detik detik yang terus terlewat dari “due date” menjadikan kecemasan menggalayut dalam hatimu, aku ingin meyakinkan bahwa kami baik-baik saja.
Rabu, 21 Oktober 2015
Abii menjadi begitu siaga. Lebih sering menciumi perut buncitku dengan menuturkan kata-kata sayang hingga harapan agar si debay segera lahir. Beberapa kali mengirim pesan saat masih mengajar, memastikan keadaanku, apakah sudah ada tanda-tanda persalinan atau belum. Bingung harus mengakui perasaan yang mana, bahagiakah karena begitu di cemaskan dan diperhatikan?atau cemaskah karena Abii juga terlihat begitu cemas dengan kemunduran dari “due date” kelahiran yang telah dinyatakan dokter?
Aah,,Tuhan, jangan Kau buat ia sedih dan cemas seperti ini saat ia harus berjihad bersama anak-anak didiknya di medan pertempuran sana. Aku memilih tersenyum dan hanya meminta do’a agar reda rasa cemasnya. Aku yakin, Tuhan tahu yang terbaik untuk kami. Dan akan Tuhan pilihkan hari terbaik untuk kelahiran buah hati kita nanti.
“Hanah waladat Maryam,
Maryam waladat Isa,
Ukhruj ayyuhal maulud,
Bi kudrotil malikil ma’bud”

Aamiin...