Entah mulai dari mana aku jatuh cinta dengan Hadroh, rebana, atau yang orang daerah Jawa Timur sebut dengan banjari ini. Mungkin semenjak jadi vokalis "ala kadarnya" dulu di sebuah kelompok rebana kecil di desa. Atau mungkin karena hadroh di pondok yang begitu syahdu kurasa di kalbu. Begitulah aku memandang banjari sebagai musik favoritku nomor satu sebelum jenis musik pop. Termasuk mulai tergila-gila dengan vokalis banjari, tanpa pandang gender.
Dan di bawah ini, adalah beberapa dokumentasi yang berhasil penulis curi dari sebuah group jejaring facebook yang menyertakan mas Wachid Abrori (suami penulis) sebagai vokalis di sebuah kelompok banjari Jawa Timur.
Percaya atau tidak, aku jatuh cinta padanya, LAGI DAN LAGI.
Setiap hal akan dimintai pertanggungjawaban. Dan pastikan setiap tulisan yang kau bagikan mampu memberi manfaat, tidak menjadi pemberat amal burukmu di akhirat kelak.
Hal penting saat orang tua bersama anak
Friday, 25 April 2014
Komplek Q *memomemo
Masa-masa perjuangan di penjara suci, PonPes Tahfidz Al Munawwir Komplek Q Krapyak, Yogyakarta.
Silahkan klik,
-Festival Hadroh DIY, Tsamrotul Muna
http://www.youtube.com/watch?v=s-vxRufz2oU
-Cerita Romadhon Komplek Q
http://www.youtube.com/watch?v=1bU5s3yhM3E
Silahkan klik,
-Festival Hadroh DIY, Tsamrotul Muna
http://www.youtube.com/watch?v=s-vxRufz2oU
-Cerita Romadhon Komplek Q
http://www.youtube.com/watch?v=1bU5s3yhM3E
Wednesday, 23 April 2014
Kenangan Penting tentang Cinta
Suatu hari, mungkin kau akan lupa bagaimana rasanya pertama kali kau jatuh cinta pada suamimu sendiri. Suatu hari, mungkin kau akan lupa bagaimana caranya menyatakan sayangmu padanya. Dan karena itulah, aku ingin mengabadikan perasaan terindah ini untuk suatu hari kubaca bersama suamiku dimasa tuaku nanti. Agar aku tidak pernah lupa bagaimana indahnya mencintainya. Sepanjang hidupku.
Aku mengenalnya lewat sosialisasi pembelajaran kampus baru kami, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kala itu, aku hanya bisa melihatnya dari ujung kelas. Mencari tahu tentang namanya, nomor telfonnya. Kemudian, sesekali mata kami bertemu, membuat sepersekian detik hidupku serasa berhenti. Semuanya membias. Hanya ada aku, dan dia serta degub jantungku yang terdengar begitu jelas. Aku jatuh cinta, pada pandangan pertama.
Aih..apakah sama dengan yang di sana?
Entahlah.
Hari-hari berikutnya perbincanganku dengan beberapa teman baruku hanya seputar dia, lelaki yang ku lirik manisnya, Muhammad Wachid Abrori. Atau yang akrab kami sebut MW.
Beberapa hari setelah pesan singkat ku layangkan sebagai permintaan pertemananku, dia mengajakku bertemu untuk mengerjakan tugas akhir sospem bersama di sebuah warnet dekat kampus. Kala itu aku sedang ijin pondok beberapa hari karena kegiatan kampus yang begitu padat. Dengan penanmpilan yang "berbeda" ku beranikan diri untuk bersua dengannya. Jaket semi jeans, jilbab paris dan sarung khas madura sebagai identitasku, santri pondok. Jelas, pertemuan ini harus dengan etika seorang santriwati yang sedang bertemu santri laki-laki. menundukkan kepala, berbincang seperlunya.
Dan begitulah, pertemuan pertama kami. ada raut malu bercampur bahagia di sudut matanya.
Lima hari terhitung sejak hari pertama sospem, kami sudah banyak saling tahu. Aku banyak bertanya tentang latar belakang sekolahnya yang ternyata dulu dia adalah salah satu siswa Gontor, tentang keluarganya juga tentang bagaimana ia sampai di sini, Jurusan baru kami, Pendidikan Bahasa Arab. Begitu juga dengan dia yang begitu bersahabat menerimaku dan tidak enggan untuk saling bertukar cerita.
Masachid, begitu aku memanggilnya.
Aku mengenalnya lewat sosialisasi pembelajaran kampus baru kami, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kala itu, aku hanya bisa melihatnya dari ujung kelas. Mencari tahu tentang namanya, nomor telfonnya. Kemudian, sesekali mata kami bertemu, membuat sepersekian detik hidupku serasa berhenti. Semuanya membias. Hanya ada aku, dan dia serta degub jantungku yang terdengar begitu jelas. Aku jatuh cinta, pada pandangan pertama.
Aih..apakah sama dengan yang di sana?
Entahlah.
Hari-hari berikutnya perbincanganku dengan beberapa teman baruku hanya seputar dia, lelaki yang ku lirik manisnya, Muhammad Wachid Abrori. Atau yang akrab kami sebut MW.
Beberapa hari setelah pesan singkat ku layangkan sebagai permintaan pertemananku, dia mengajakku bertemu untuk mengerjakan tugas akhir sospem bersama di sebuah warnet dekat kampus. Kala itu aku sedang ijin pondok beberapa hari karena kegiatan kampus yang begitu padat. Dengan penanmpilan yang "berbeda" ku beranikan diri untuk bersua dengannya. Jaket semi jeans, jilbab paris dan sarung khas madura sebagai identitasku, santri pondok. Jelas, pertemuan ini harus dengan etika seorang santriwati yang sedang bertemu santri laki-laki. menundukkan kepala, berbincang seperlunya.
Dan begitulah, pertemuan pertama kami. ada raut malu bercampur bahagia di sudut matanya.
Lima hari terhitung sejak hari pertama sospem, kami sudah banyak saling tahu. Aku banyak bertanya tentang latar belakang sekolahnya yang ternyata dulu dia adalah salah satu siswa Gontor, tentang keluarganya juga tentang bagaimana ia sampai di sini, Jurusan baru kami, Pendidikan Bahasa Arab. Begitu juga dengan dia yang begitu bersahabat menerimaku dan tidak enggan untuk saling bertukar cerita.
Masachid, begitu aku memanggilnya.
Wednesday, 16 April 2014
Borobudur "Jalan-jalan men!!!"
Ehm..pertama-tama, penulis pengen pamer beberapa koleksi kenangan yang bisa penulis bingkai dari vacation penulis ke sebuah candi terbesar di dunia, Borobudur temple.
Jadi gini ceritanya,
Kedua temen penulis, sebut saja eyang (nama aslinya panjang banget sehingga penulis kesulitan dalam menuliskannya :D "Umi Khulsum Nur Qomariyah Magister Biologi Al-Hafidzoh wal hamilah wal jamilah") dan satunya lagi mbak leha (siti julayha), lagi pengen ngawalin liburan lebaran dengan menginap di gubug penulis, Magelang.
Sekalian tuh kita mampir ke candi Borobudur lewat belakang (*baca=masuk gratis).
Maaf g bisa "ngopeni" kalian di rumah dengan baik. Terimakasih sudah mau berkunjung. Jangan kapok yaaa...
:*
Ayook..siapa pengen ke candi bareng penulis lewat belakang?
Daftarkan segera!!!kesempatan terbatas.
:D
Silahkan tinggalkan komentar di bawah ini yaa..
Jadi gini ceritanya,
Kedua temen penulis, sebut saja eyang (nama aslinya panjang banget sehingga penulis kesulitan dalam menuliskannya :D "Umi Khulsum Nur Qomariyah Magister Biologi Al-Hafidzoh wal hamilah wal jamilah") dan satunya lagi mbak leha (siti julayha), lagi pengen ngawalin liburan lebaran dengan menginap di gubug penulis, Magelang.
Sekalian tuh kita mampir ke candi Borobudur lewat belakang (*baca=masuk gratis).
Maaf g bisa "ngopeni" kalian di rumah dengan baik. Terimakasih sudah mau berkunjung. Jangan kapok yaaa...
:*
Ayook..siapa pengen ke candi bareng penulis lewat belakang?
Daftarkan segera!!!kesempatan terbatas.
:D
Silahkan tinggalkan komentar di bawah ini yaa..
Tuesday, 15 April 2014
Proposal Skripsi
Tidak sedikit orang yang bertanya tentang kuliahku dengan berbagai macam pertanyaan seperti,
"Wisuda kapan?"
"Udah skripsi?"
atau "Udah ngerjain proposal?"
"Skripsinya sampai mana?"
dan pertanyaan-pertanyaan membosankan lainnya yang tidak lain hanya mempull down semangatku.
Kenapa?
Kenapa tidak malah menyulut api semangatku?
Entahlah. Hanya saja, satu hal yang perlu kamu tahu adalah, start awal proses pembuatan proposalku bahkan sudah jauh sebelum semuanya sibuk mencari judul.
Terlalu berani mungkin. Dan terlalu pengecut pastinya. Sudah aku ajukan judul beserta proposalku di awal semester 6. Sebelum aku menikah, tepatnya. Berharap, saat menikah aku sudah lebih tenang karna judul dan proposalku diterima oleh pembimbing akademikku, Bapak Abdul Munip.
Tapi apa mau dikata. Tidak ada seorangpun yang bisa menggugat keputusan seorang dosen, begitu katanya. Siang itu, pukul 11.00 aku sudah duduk manis di ruang Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dengan sederet kalimat yang sudah kususun rapi beserta beberapa kalimat penguat agar judul dan proposalku diterima. Mencoba datang lebih awal karena tidak ingin memberi kesan tidak baik untuk pertemuan pertama bersejarah ini. Beberapa mahasiswa juga terlihat antri menunggu dosen. Ada janji juga, mungkin.
15 menit berlalu, akhirnya ku layangkan sebuah pesan singkat untuk beliau. Memastikan beliau tidak lupa untuk bertemu denganku siang ini.
Tidak lama kemudian beliau datang. Dengan satu kalimat tanya sederhana, beliau sukses membuat nyaliku ciut seperti balon yang di lepas ikatannya.
"Coba mana judulnya?" (membaca)
"Kamu semester berapa?"
"Semester 6 Bapak.." (keringat dingin)
"Kamu masih harus banyak baca ini. Judul ini sudah banyak..Rajin-rajin ke perpus biar kamu g kuper.."
GLEK!!!
Mendadak seluruh tubuhku seperti kehilangan kendali. Tulang-tulangku seperti tak bersendi. Nadiku malu-malu berdenyut. Seperti ingin langsung menenggelamkan diri ke dasar lautan yang bahkan tidak ada ikan di sana. aku, m a l u.
Hanya sebesar itu nyaliku. Sekarang, setiap kali berpikir tentang proposal, terlebih skripsi, aku seperti ingin muntah. Sepertinya ini yang dinamakan frustasi. Dan frustasi hanya untuk orang-orang bermental kerupuk. Dan itu, aku.
Tuhan..bukankah aku masih bersama belas kasih-Mu?
Aku ingin mengajukan proposalku hanya pada-Mu saja ya?
Bahkan Kau tidak pernah sekalipun menolak proposalku bukan?
Aku harus bagaimana, Tuhan?
"Wisuda kapan?"
"Udah skripsi?"
atau "Udah ngerjain proposal?"
"Skripsinya sampai mana?"
dan pertanyaan-pertanyaan membosankan lainnya yang tidak lain hanya mempull down semangatku.
Kenapa?
Kenapa tidak malah menyulut api semangatku?
Entahlah. Hanya saja, satu hal yang perlu kamu tahu adalah, start awal proses pembuatan proposalku bahkan sudah jauh sebelum semuanya sibuk mencari judul.
Terlalu berani mungkin. Dan terlalu pengecut pastinya. Sudah aku ajukan judul beserta proposalku di awal semester 6. Sebelum aku menikah, tepatnya. Berharap, saat menikah aku sudah lebih tenang karna judul dan proposalku diterima oleh pembimbing akademikku, Bapak Abdul Munip.
Tapi apa mau dikata. Tidak ada seorangpun yang bisa menggugat keputusan seorang dosen, begitu katanya. Siang itu, pukul 11.00 aku sudah duduk manis di ruang Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dengan sederet kalimat yang sudah kususun rapi beserta beberapa kalimat penguat agar judul dan proposalku diterima. Mencoba datang lebih awal karena tidak ingin memberi kesan tidak baik untuk pertemuan pertama bersejarah ini. Beberapa mahasiswa juga terlihat antri menunggu dosen. Ada janji juga, mungkin.
15 menit berlalu, akhirnya ku layangkan sebuah pesan singkat untuk beliau. Memastikan beliau tidak lupa untuk bertemu denganku siang ini.
Tidak lama kemudian beliau datang. Dengan satu kalimat tanya sederhana, beliau sukses membuat nyaliku ciut seperti balon yang di lepas ikatannya.
"Coba mana judulnya?" (membaca)
"Kamu semester berapa?"
"Semester 6 Bapak.." (keringat dingin)
"Kamu masih harus banyak baca ini. Judul ini sudah banyak..Rajin-rajin ke perpus biar kamu g kuper.."
GLEK!!!
Mendadak seluruh tubuhku seperti kehilangan kendali. Tulang-tulangku seperti tak bersendi. Nadiku malu-malu berdenyut. Seperti ingin langsung menenggelamkan diri ke dasar lautan yang bahkan tidak ada ikan di sana. aku, m a l u.
Hanya sebesar itu nyaliku. Sekarang, setiap kali berpikir tentang proposal, terlebih skripsi, aku seperti ingin muntah. Sepertinya ini yang dinamakan frustasi. Dan frustasi hanya untuk orang-orang bermental kerupuk. Dan itu, aku.
Tuhan..bukankah aku masih bersama belas kasih-Mu?
Aku ingin mengajukan proposalku hanya pada-Mu saja ya?
Bahkan Kau tidak pernah sekalipun menolak proposalku bukan?
Aku harus bagaimana, Tuhan?
Saturday, 12 April 2014
PPL
Ngajar yang bener bener harus nyiapin mental ya, PPL. Dari rencana pembelajaran yang harus sudah dipersiapkan sendiri jauh dari sebelum hari H, sampe ritual komat kamit yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembelajaran, alias belajar ngajar otodidak.
belum lagi praktik ngajar di kelas yang jujur adalah hal paling menakutkan buat gue, mahasiswi yang sekalipun g pernah dapetin pelajaran apapun tentang bahasa arab di sekolah dulu.
Oh God.Jadi?Gue?Gimana?
Okey. lets make it enjoy.
#ngehibur diri
Usaha pertama yang harus gue lakuin adalah wawancara temen-temen terdekat gue yang sekiranya bisa nuntun gue ngajar, ngajar B-A-H-A-S-A-A-R-A-B. keren kan???!!!
belum lagi praktik ngajar di kelas yang jujur adalah hal paling menakutkan buat gue, mahasiswi yang sekalipun g pernah dapetin pelajaran apapun tentang bahasa arab di sekolah dulu.
Oh God.Jadi?Gue?Gimana?
Okey. lets make it enjoy.
#ngehibur diri
Usaha pertama yang harus gue lakuin adalah wawancara temen-temen terdekat gue yang sekiranya bisa nuntun gue ngajar, ngajar B-A-H-A-S-A-A-R-A-B. keren kan???!!!
Saturday, 5 April 2014
Taman Lampion
Dan malam ini, satu dari seratus mimpiku akan ku coret, pertanda bahwa aku telah mewujudkan mimpi itu, bersamamu. goes to Taman Lampion, Yoyakarta.
Dengan iringin lagu kenangan kita, Yogyakarta.
ALL ABOUT YOGYAKARTA IS ALL ABOUT US.
Di bawah ini, beberapa foto selfy penulis di objek wisata Taman Lampion, ato yang akrab dikenal dengan sebutan Taman Pelangi,
Objek wisata ini mirip banget dengan salah satu objek wisata di Malaysia, bedanya, desain di sini masih sederhana dan belum cukup terkenal di luar Jogjakarta.
Yuk kita intip..
Dengan iringin lagu kenangan kita, Yogyakarta.
ALL ABOUT YOGYAKARTA IS ALL ABOUT US.
Di bawah ini, beberapa foto selfy penulis di objek wisata Taman Lampion, ato yang akrab dikenal dengan sebutan Taman Pelangi,
Objek wisata ini mirip banget dengan salah satu objek wisata di Malaysia, bedanya, desain di sini masih sederhana dan belum cukup terkenal di luar Jogjakarta.
Yuk kita intip..
Wedding Ceremony
Beberapa foto nikahan penulis yang g sempet penulis upload satu persatu via jejaring sosial facebook.
Untuk bulek dan adek yang udah dandan cantik dan udah sibuk jahit gamis seragam kesana sini tapi g sempet foto...thanks a lot. Maaf dest merepotkan kalian..
And special for everyone, terimakasih telah hadir di syukuran kami. jazakillah..
Untuk bulek dan adek yang udah dandan cantik dan udah sibuk jahit gamis seragam kesana sini tapi g sempet foto...thanks a lot. Maaf dest merepotkan kalian..
And special for everyone, terimakasih telah hadir di syukuran kami. jazakillah..
Subscribe to:
Posts (Atom)