Tidak sedikit orang yang bertanya tentang kuliahku dengan berbagai macam pertanyaan seperti,
"Wisuda kapan?"
"Udah skripsi?"
atau "Udah ngerjain proposal?"
"Skripsinya sampai mana?"
dan pertanyaan-pertanyaan membosankan lainnya yang tidak lain hanya mempull down semangatku.
Kenapa?
Kenapa tidak malah menyulut api semangatku?
Entahlah. Hanya saja, satu hal yang perlu kamu tahu adalah, start awal proses pembuatan proposalku bahkan sudah jauh sebelum semuanya sibuk mencari judul.
Terlalu berani mungkin. Dan terlalu pengecut pastinya. Sudah aku ajukan judul beserta proposalku di awal semester 6. Sebelum aku menikah, tepatnya. Berharap, saat menikah aku sudah lebih tenang karna judul dan proposalku diterima oleh pembimbing akademikku, Bapak Abdul Munip.
Tapi apa mau dikata. Tidak ada seorangpun yang bisa menggugat keputusan seorang dosen, begitu katanya. Siang itu, pukul 11.00 aku sudah duduk manis di ruang Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dengan sederet kalimat yang sudah kususun rapi beserta beberapa kalimat penguat agar judul dan proposalku diterima. Mencoba datang lebih awal karena tidak ingin memberi kesan tidak baik untuk pertemuan pertama bersejarah ini. Beberapa mahasiswa juga terlihat antri menunggu dosen. Ada janji juga, mungkin.
15 menit berlalu, akhirnya ku layangkan sebuah pesan singkat untuk beliau. Memastikan beliau tidak lupa untuk bertemu denganku siang ini.
Tidak lama kemudian beliau datang. Dengan satu kalimat tanya sederhana, beliau sukses membuat nyaliku ciut seperti balon yang di lepas ikatannya.
"Coba mana judulnya?" (membaca)
"Kamu semester berapa?"
"Semester 6 Bapak.." (keringat dingin)
"Kamu masih harus banyak baca ini. Judul ini sudah banyak..Rajin-rajin ke perpus biar kamu g kuper.."
GLEK!!!
Mendadak seluruh tubuhku seperti kehilangan kendali. Tulang-tulangku seperti tak bersendi. Nadiku malu-malu berdenyut. Seperti ingin langsung menenggelamkan diri ke dasar lautan yang bahkan tidak ada ikan di sana. aku, m a l u.
Hanya sebesar itu nyaliku. Sekarang, setiap kali berpikir tentang proposal, terlebih skripsi, aku seperti ingin muntah. Sepertinya ini yang dinamakan frustasi. Dan frustasi hanya untuk orang-orang bermental kerupuk. Dan itu, aku.
Tuhan..bukankah aku masih bersama belas kasih-Mu?
Aku ingin mengajukan proposalku hanya pada-Mu saja ya?
Bahkan Kau tidak pernah sekalipun menolak proposalku bukan?
Aku harus bagaimana, Tuhan?
No comments:
Post a Comment