Catatan Umik
Setiap hal akan dimintai pertanggungjawaban. Dan pastikan setiap tulisan yang kau bagikan mampu memberi manfaat, tidak menjadi pemberat amal burukmu di akhirat kelak.
Hal penting saat orang tua bersama anak
Thursday, 22 August 2024
Saat Aku Telah Tiada
Wednesday, 19 October 2016
Tips Menemani si kecil Bermain di Rumah
Poin kedua bisa kita gunakan dengan “Bermain sampai tuntas”. Anak anak dengan sejuta rasa ingin tahunya selalu melakukan berbagai macam hal saat bermain. Seluruh perabot rumah dan mainan berhamburan saat si kecil memulai aktivitasnya. Tidak heran jika ayah bunda seringkali merasa capek dan dibuat kesal saat harus membereskan mainan yang berserakan berulangkali. Namun sekarang ayah bunda tidak perlu khawatir lagi, karena kita punya poin penting “Bermain sampai tuntas”. Sikecil diajarkan cara bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan dengan harus tuntas dalam bermain. Tuntas dalam artian ia fokus bermain dengan apa yang telah ia pilih, memulai permainan hingga permainan tersebut selesai (misal anak memilih bermain balok, maka ia harus konsisten dengan pilihannya hingga waktu bermain selesai atau hingga ia telah menyelesaikan permainan baloknya), juga tuntas dalam artian ia harus mengembalikan seluruh mainan yang ia pakai ke tempat semula ketika permainan telah usai atau saat ia menginginkan permainan lain.
Poin selanjutnya, ayah bunda dapat membuat kesepakatan lain yang dibuat bersama anak, seperti minta izin bila mau lewat, minta maaf jika salah, dan lain sebagainya, menyesuaikan kebutuhan ayah bunda dan ananda di rumah.
Demikian sedikit info mengenai aturan main, tips dalam menemani anak saat bermain juga penanaman pendidikan karakter sejak usia dini. Semoga bermanfaat.
Salam penulis,
Desty Prasetya
Tuesday, 16 August 2016
Disiplin, poin penting dalam parenting?
Disiplin, poin penting dalam parenting?
Karakter disiplin merupakan salah satu karakter utama yang didambakan orang tua agar dimiliki oleh putra putrinya. Karakter ini adalah karakter penentu bagaimana keteraturan hidup seseorang akan berlangsung. Dalam pembentukannya, pendisipilinan merupakan hal yang tidak mudah diterapkan hingga dilanggengkan keberlangsungannya dalam kehidupan sehari-hari terlebih saat pengasuhan usia 0 hingga 6 tahun yang merupakan usia emas ini.
Poin terpenting saat anda para orang tua ingin menanamkan karakter ini adalah dengan konsisten terhadap sebuah peraturan atau kesepakatan yang anda buat bersama buah hati anda. Langkah awal yang harus anda buat adalah membuat poin poin peraturan bermain, peraturan makan dan hal-hal lain yang bersifat permanen yang nantinya akan anda buat menjadi sebuah kesepakatan bersama buah hati anda sebelum ia memulai aktifitas kesehariannya. Poin poin peraturan tersebut tentunya juga harus dibarengi dengan tingkat ke konsistensian anda, juga anggota keluarga lain di rumah dalam melaksanakannya. Jadi, peraturan tersebut tidak serta merta hanya berlaku untuk buah hati anda, namun juga seluruh anggota keluarga yang berada di lingkungannya. Sebab, hal ini akan menumbuhkan perasaan konsisten pada buah hati anda, yang merupakan faktor terpenting dalam karakter disiplin.
By : Desty Prasetya
Inspired by Sri iin Setyawati, Desty Prasetya’s Mom
Wallaahu a’lam bisshawab.
Silahkan tuliskan komentar berupa kritik,saran maupun tanggapan dengan menuliskannya di kolom komentar di bawah ini. Jangan lupa sertakan nomor HP ya.. ada bingkisan menarik dari penulis untuk komentar terbaik. Selamat berpetualang di dunia membaca. :’)
Manfaat dan Dampak negatif Baby walker
Tidak terasa ya Bunda, sembilan bulan berlalu, buah hati kita sudah melewati berbagai macam perkembangan hingga saat ini ia telah mampu berdiri dan siap untuk melewati perkembangan selanjutnya, berjalan. Ini artinya, ia telah mampu untuk mengenali dunia lebih jauh lagi.
Kita sebagai orang tua, pastinya selalu ingin memberikan yang terbaik untuk buah hati kita. Memberikan fasilitas terlengkap untuk setiap tahap perkembangannya. Termasuk saat ia mulai mampu berdiri dan bersiap untuk berjalan. Biasanya, di tahap ini Ayah dan Bunda akan memberikan si kecil hadiah berupa Baby walker atau yang akrab di sebut apolo. Apa saja kah manfaat dari Baby walker ini?adakah dampak negatif penggunaanya?
Salah satu manfaat Baby walker untuk bayi adalah untuk membantu menstimulasi dan melancarkan tahapan berjalan pada bayi. Baby walker membantu menguatkan otot otot pada kaki si kecil. Dengan begitu ia akan lebih cepat berjalan. Namun Bunda, ada hal yang perlu kita perhatikan lebih dari sekedar tahapan fisik “cepat berjalan” ini. Apakah itu?
Berbeda dengan manfaat baby walker secara fisik, secara sosial emosional, Baby walker justru membawa beberapa dampak negatif. Dalam perkembangannya di rentang usia emas 0-7 Tahun, bayi harus melalui tahapan “jatuh bangun” saat ia berada dalam masa belajar berjalan dari tahapan berdiri. Hal ini akan membentuk karakter tangguh yang akan senantiasa tertanam pada si kecil di kemudian hari yang tentunya tidak akan ia dapatkan saat ia melalui tahapan berjalannya dengan menggunakan Baby walker. Selain itu,Baby walker mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang malas, menginginkan sesuatu yang instan tanpa mau melalui proses yang menyulitkannya (Baby walker membantu si kecil menggapai apa yang ia inginkan tanpa ia harus bersusah payah bangun seperti yang seharusnya ia jalani saat ia belajar berjalan tanpa menggunakan alat bantu). Sesuatu yang instan di sini adalah ketika bayi hanya perlu menginjakkan satu kakinya dari lantai kemudian ia mampu menjangkau jarak yang jauh dengan bantuan Baby walker tersebut.
Satu hal lain yang belakangan penulis tahu, bahwa ternyata Baby walker hanya populer di daerah Indonesia dan India, mengapa? Karena dua negara inilah yang memiliki tingkat minat baca rendah di dunia. Inilah alasan mengapa di sekitar kita masih sangat populer dalam penggunaan Baby walker. Bahkan beberapa kalangan memiliki anggapan “Maju” saat bisa memberikan buah hati mereka fasilitas ini. Yuk, jadi Ayah Bunda yang bijak untuk masa depan baik buah hati kita.
Wallaahu a’lam bisshawab.
Silahkan tuliskan komentar berupa kritik,saran maupun tanggapan dengan menuliskannya di kolom komentar di bawah ini. Jangan lupa sertakan nomor HP ya.. ada bingkisan menarik dari penulis untuk komentar terbaik. Selamat berpetualang di dunia membaca. :’)
@desty.prasetya
Sunday, 8 May 2016
Hal penting saat orang tua bersama anak
Saat Bersama Anak :
1. Hindari berkata “Jangan”, hal ini akan menumpulkan kreatifitas dan perkembangan otak mereka (menghambat pertumbuhan neuron pada otak). Biarkan anak bereksplorasi dengan lingkungannya. Beri ia kebebasan, namun dengan pengawasan. Penggunaan Kata negatif “Jangan” bisa diganti dengan menggunakan kata lain seperti “Sebaiknya” atau kata lain yang tidak bermakna negatif (larangan). Misalnya, “Kakak sebaiknya nggak perlu mainan pisau..”, “Silahkan lari-lari, namun sebaiknya hati-hati..” dls. Sebuah penelitian mengatakan bahwa seekor kutu loncat yang tadinya mampu melompat beratus kali tinggi badannya, berubah drastis menjadi hanya mampu berjalan hanya karena kutu loncat tersebut di masukkan kedalam kotak korek api selama beberapa minggu. Kesimpulannya, anak dengan pola asuh banyak larangan “jangan” (diibaratkan kutu loncat yang berusaha melompat namun tertahan kotak korek api), semakin lama akan menurun tingkat perkembangannya. Orang tua memiliki banyak pilihan kata maupun bahasa lain yang lebih baik, namun sering halnya kebingungan saat harus menghindari kata yang telah membudidaya di lingkungan kita. Namun karena kita telah mengetahui dampak besar yang dapat terjadi dari kata negatif tersebut, maka kita harus segera mengubah pola pikir, pola asuh kita terhadap anak anak kita.
2. Hindari menyalahkan batu, tembok, atau benda benda lain yang dianggap menjadi penyebab jatuhnya anak. Hal ini secara tidak langsung orang tua telah mengajarkan anak 3 hal pada anak. Yang pertama mengajarkan anak untuk berbohong, karena kesalahan tidak dilakukan oleh benda benda tersebut melainkan karena anak kurang berhati-hati. Kedua, mengajarkan anak untuk selalu menyalahkan orang lain. Ketiga, mengajarkan anak untuk memarahi orang lain. Ketiga hal ini tentunya akan memberikan dampak negatif yang begitu besar pada psikologis anak saat dewasa nanti. Seperti halnya yang telah kita tahu, banyak penipuan terjadi meraja lela, ribuan koruptor saling menyalahkan dan tidak ada seorangpun pelaku kejahatan maupun pelaku organisasi yang dengan sukarela menyatakan bahwa dirinya bersalah, yang salah siapa?orang lain. Lalu bagaimana kita menginginkan anak anak kita kelak?apakah seperti krisis moral seperti sekarang? Kita berhak memilih.
3. Hindari mengancam anak. Kata kata ancaman sangat variatif. Mulai dari yang lembut seperti lagu “nina bobok” (nina bobok, ooh nina bobok, KALAU TIDAK BOBOK, DIGIGIT NYAMUK) atau lagu wajib seperti “tak tinggal loh yaa”, “gak diajak jalan jalan lo ya kalau nakal”, hingga yang paling kasar seperti, mengepalakan tangan sebagai isyarat ancaman. Ya, kita terlihat paling berkuasa saat mereka masih anak anak. Dengan sigap mereka akan segera menuruti kemauan kita dengan jurus jitu “ancaman” ini. Namun bagaimana saat mereka beranjak dewasa?hal yang sama akan mereka lakukan pada kita. Tidak tanggung tanggung, karena mereka menjadi lebih pandai dari kita. “Pokoknya adik minta dibelikan HP, kalau nggak adik nggak mau makan”, atau yang sering terjadi di lingkungan saya “Kalau kakak nggak dibeliin motor ninja, kakak mau bolos sekolah” dll. Begitulah kemungkinan besar yang akan terjadi pada mereka saat besar nanti jika saat saat usia emas mereka kita hiasi dengan kata ribuan kata ancaman.
4. Hindari membandingkan anak (meskipun secara halus). Seperti “Itu Alya aja bisa...”, “Ashfa aja mau makan, kok kakak enggak sih..”, “Tuh Fafa aja mau gambar, masa adik nggak mau gambar..” dst. Mungkin maksud kita bukan membandingkan. Namun lebih ke keinginan kita untuk memberikan motivasi pada anak. Namun karena penggunaan kalimat yang kurang tepat, dapat mengakibatkan anak merasa dibanding bandingkan. Dan mereka tidak suka itu. Hal yang terjadi bukan malah ia termotivasi, melainkan ia akan bersih keras dengan apa yang dia inginkan (Ngeyel, makin tidak mau). Hal ini tentunya wajar, karena pada dasarnya setiap individu ingin dianggap keberadaannya. Jika ingin menggunakan teman untuk memotivasi, gunakan kalimat “Wah, Ashfa mau makan banyak tuh, pasti ini rasanya enak, yuk kita coba..”. Menggunakan kata dan kalimat yang sekiranya tidak menyinggung perasaan anak, tidak terkesan membandingkan.
5. Hindari Labeling negatif pada anak. Apakah itu labeling negatif? Labeling negatif adalah memberi label yang tidak baik pada anak. Misalnya, “Dasar anak nakal..”, “Dasar anak bodoh..” dst. Memilih kata yang baik untuk konsumsi anak anak kita adalah hal yang wajib dilakukan oleh orang tua. Karena apa yang kita katakan, akan mereka contoh. Apa yang kita (orang tua) ucapkan, akan menjadi sebuah do’a. Terlepas dari kedua hal itu, label negatif akan senantiasa memberikan sugesti negatif pada anak sehingga kata kata tersebut akan tertanam di pikiran dan hati mereka hingga hasilnya akan menjadi kebiasaan.
Sebuah penelitian menyatakan, bahkan hal yang sama pun terjadi pada benda mati. Dua buah toples A dan B yang diletakkan nasi didalamnya, diletakkan pada ruang yang berbeda. Toples A diberi label dengan tulisan “BAIK”. Sedangkan toples B diberi label dengan tulisan “BURUK”. Masing masing toples diberi perlakuan yang berbeda di masing masing ruangan. Setiap hari toples A di beri kata-kata positif, “kamu baik, bermanfaat, pintar..”dst. Sedangkan toples B diberi kata-kata negatif setiap harinya, “kamu bodoh, nakal, merugikan..”dst. Apa yang terjadi beberapa hari kemudian?Hal yang mencengangkan bagi saya. Nasi yang berada ditoples B membusuk. Dan hal yang sebaliknya terjadi pada toples A adalah, nasi menjadi tape.
6. Asah kemampuan bahasanya. Kadang, karena orang tua sudah paham dengan apa yang anak inginkan hanya dengan anak menangis, rewel, atau marah, orang tua lantas langsung memberikan apa yang anak inginkan tanpa berbasa-basi. Sebaiknya orang tua bertanya, mengapa anak menangis, menanyakan apa yang ia inginkan, mengapa ia menangis, mengapa ia marah, apa yang membuatnya marah. Pancing hingga anak mau mengutarakannya dengan bahasa yang jelas. Hal ini akan menjadi kebiasaan jika orang tua tidak pernah mengajak anak berbicara dari hati ke hati.
7. Buat kesepakatan dengan Anak. Meski mereka masih anak anak dan belum tentu memahami apa yang kita bicarakan, terus berusahalah untuk mengajak mereka berbicara seolah mereka mengerti. Ajaklah mereka berdiskusi serta bernegosiasi sebelum kita memulai kegiatan dengan anak. Misalnya, kesepakatan untuk sayang teman, bermain sampai tuntas, beres-beres dan merapikan setelah selesai bermain, minta izin kalau mau pegang kepala teman, tangan hanya untuk bermain dan menyayangi teman, kaki hanya untuk berjalan dan menendang bola.
8. Asah social skill anak dengan membiasakan anak untuk menyapa temannya, meminta maaf ketika salah, mengucapkan terimakasih, memahami dan mengikuti kesepakatan yang telah dibuat bersama.
9. Disiplin. Hal yang paling krusial namun kadang justru menjadi penghambat terlaksananya keseluruhan poin di atas. Orang tua sebaiknya disiplin dalam menanamkan nilai nilai moral atau kebiasaan yang dibina bersama anak dan lingkungan (Ayah, ibu, kakek, nenek dll). Ketidak konsistenan lingkungan akan menjadikan anak tidak menghargai kesepakatan/ kebiasaan yang sebelumnya telah dibuat. Misalnya, ketika orang tua menetapkan jadwal menonton televisi (hanya 2 jam perminggu saat liburan) atau peraturan menonton televisi (hanya boleh menonton film anak-anak), maka sebaiknya orang tua dan lingkungan si anak juga menjalankan peraturan tersebut dengan konsisten. Contoh lain seperti ketika orang tua menginginkan anaknya membuang sampah pada tempatnya. Maka ketika mengetahui anak tidak mau membuang sampah pada tempatnya, tidak lantas membiarkan atau memberi toleransi pada anak untuk membuang sampah sembarangan, namun bagaimana caranya membujuk anak agar tetap mau membuang sampah pada tempatnya.
10. Memberi Contoh. Sama halnya dengan kedisiplinan, memberi contoh adalah hal yang amat penting, hal yang paling mendasar dari keseluruhan poin di atas. Bagaimana anak kita, adalah cerminan dari kita, orang tuanya. Percayalah, kerja keras anda untuk mengubah pola hidup, serta pola pikir demi membentuk karakter anak anak untuk menjadi lebih baik akan anda panen saat mereka dewasa nanti. Karena anak anak usia 0-7 tahun adalah usia emas yang akan begitu cepat terlewati. Jangan sampai waktu yang sebentar tersebut kita lewati begitu saja tanpa sebuah perjuangan. Anak anak usia ini diibaratkan seperti pondasi, bagaimana dinding dan atapnya akan terbentuk, miring atau tidaknya sebuah rumah, bergantung pada miring/tidaknya pondasi, bergantung pada kokoh/tidaknya pondasi yang sebelumnya kita bangun. Anak anak usia ini juga diibaratkan seperti adonan semen yang masih basah. Apapun yang jatuh di atas adonan tersebut, ia akan membentuk di atas adonan itu.
*Baca juga, Pola Asuh Orang Tua
Wallaahu a’lam bishowab.
Parenting by Desty Prasetya.
Thursday, 5 November 2015
Abang Part 2
Hei kau yang semalam datang memenuhi mimpiku, kau kira aku yang selalu manja padamu, aku yang selalu berkata “Ya” atas pinta pintamu, aku yang selalu paling mudah memaafkan kesalahan kesalahan hingga kebohongan kecilmu, aku yang selalu lebih terlihat terbuka padamu, aku yang selalu dengan polosnya lebih sering mendengar ceritamu bahkan ketika itu adalah sebuah kebohongan sekalipun, adalah perempuan kecil yang pernah kau anggap adik yang benar benar kau pahami perangainya?
---
Kau salah.
Kau salah, bang.
---
Justru aku. Aku adalah orang yang paling menyimpan begitu dalam sebuah rahasia yang bahkan kau tidak pernah membacanya dalam rengekan rengekanku. Aku adalah orang yang paling tidak bisa bernegosiasi atas sebuah penkhianatan. Tidak sekalipun. Aku adalah orang yang paling bisa mengabaikan orang yang pernah benar benar tulus ku sayang, kemudian mengabaikanku. Aku adalah orang yang akan selalu menutup telinga, mulut, mata dan hatiku untuk orang yang selalu kuanggap ada, namun melalaikan keberadaanku.
Abang, kau tahu?mungkin memang beginilah akhir cerita kita. Akhir cerita abang-adik antara aku, kau dan Nod yang juga “pernah” kau anggap ia sebagai adikmu. Berakhir sesuai dengan do’a do’a imam terbaikku. Karena seberapapun tulusnya aku menyayangimu sebagai seorang kakak, betapapun aku tidak pernah menduakan sayang ini untuknya, hubungan antara kau, aku dan Nod tidak pernah sekalipun berada di bawah ridhonya. Aku menghargai itu. Karena aku sepenuhnya adalah milik dia. Sepenuhnya aku hanya mencari ridhonya. Dan karenanya, semoga Tuhan memaafkanku telah meninggalkanmu begitu saja tanpa satupun pesan.
Semoga kau, kita, selalu Tuhan beri kebahagiaan dalam penjagaan terbaik-Nya.
Aku, yang pernah kau buat bahagia.
Hujan
Saturday, 31 October 2015
Tips agar luka jahitan pasca melahirkan cepat sembuh
Kali ini, penulis ingin berbagi sedikit pengalaman berharga dari pengalaman penulis pasca melahirkan beberapa hari yang lalu. Semoga nantinya, beberapa tips dibawah ini bisa membantu bunda bunda agar cepat melalui masa-masa "pasca melahirkan" yang banyak dianggap momok bagi para bunda di rumah.
1. Konsumsi protein tinggi
Salah satu makanan yang dapat membantu mempercepat proses pemulihan jahitan pasca melahirkan adalah makanan yang mengandung protein tinggi. Seperti putih telur, ikan (saran, ikan gabus/kutuk) dls.
2. Sering ganti pembalut
Selain perawatan dari dalam seperti mengkonsumsi makanan tinggi protein, bunda juga tidak boleh malas mengganti pembalut setiap beberapa jam sekali. Hal ini sangat penting untuk menjaga kebersihan luka agar tetap steril (bersih) sehingga luka cepat mengering. Jangan lupa untuk membersihkan area jahitan dengan kapas yang diberi betadine ya bunda. Agar kebersihannya terjamin.
3. Jangan takut untuk bergerak
Biasanya, kebanyakan bunda ragu atau takut untuk melakukan banyak gerakan atau bahkan takut untuk bergerak. Namun bunda tidak perlu khawatir karena justru dengan banyak bergerak, bunda akan terbiasa dan luka tidak akan terasa sakit.
Demikian beberapa tips yang bisa saya share. Semoga bermanfaat.
:')
Friday, 23 October 2015
Menghitung mundur, hari "H" Persalinan
Sayang, hari-hari yang harus kulalui bersama buah hati kita dalam rahimku terasa semakin berat. Bukan, bukan aku tidak bahagia. Aku sangat bahagia, tidak sabar menggendongnya, menina bobokannya, memperkenalkan ia pada Abiinya yang begitu sayang padanya, menuntun ia menjadi ahlul qur’an seperti impian kita. Aku sangat bahagia menunggunya. Merasakan perkembangannya yang kian hari kian tumbuh, kian aktif menendang nendang umminya. Juga kau yang selalu lebih perhatian dari hari ke hari. Menciumi perut buncitku, mengajak ia berbicara, memijiti kakiku yang seringkali kesakitan pinggangnya, bangun malam karena rengekan tidak nyaman posisi tidurku. Ku sebut kebahagiaan ini, sempurna.
Namun sayang, juga tidak bisa ku pungkiri perasaan khawatir yang begitu dalam ini. Aku tidak ingin kau tinggal tinggal barang sehari atau dua hari lagi seperti kemarin saat kau pulang ke tanah kelahiranmu. Aku tidak ingin melewatkan satu detikpun tanpamu. Tidak ingin melewatkan satupun kesempatan untuk bisa membuatmu tersenyum bahagia bersamaku. Tidak ingin barang satu atau dua jam yang harusnya kau lewatkan dirumah bersamaku kau habiskan di sekolah untuk alasan apapun. Egois bukan?
Tapi sayang, ketahuilah, bahwa detik saat aku berjuang melahirkan buah hati kita nanti, adalah detik dimana tidak seorangpun tahu akan sampai mana Tuhan menuntun takdirku. Apakah aku masih Dia beri kesempatan untuk bersama-sama denganmu menjaga amanah kita, atau tidak.
Aku tidak ingin membuat diriku sendiri terpuruk dengan perasaan itu. Tidak ingin membuat buah hati kita terlebih engkau bersedih atas apa yang aku pikirkan. Namun setidaknya, kau bisa mengerti, hingga mafhum mengapa aku bertambah manja dan bawel belakangan ini.
Aku sayang Abii sanget. Deras air mata yang menetes bersama mengalirnya kata kata ini, adalah saksi nyata perasaan cinta yang tiada pertama juga kedua. Karena kau adalah satu satunya setelah Tuhan dan nabiku.
Dan perasaan ini akan selalu sama. Selamanya.
Bahagialah selalu Abii, imam sholihku. Maafkan aku yang masih saja belum sempurna dalam menjadi makmummu.
Aku, yang selalu kau buat bahagia.
:’)
Senin, 19 Oktober 2015
19 Oktober, tepat saat “due date” kelahiran buah hati kita, telah Abii sempurnakan khatam al-qur’an 9x nya. Tepat sesuai janji yang pernah terikrar jauh sebelum halalku atasmu. Terimakasih sayang, linangan air mata saat do’a takhtim tadi adalah rasa syukur tiada dua, terimakasih tiada tara untuk semua kesungguhan dan cintamu untuk kami, isteri dan calon buah hatimu. Semoga, Allah segerakan kelahiran buah hati kita dengan lancar. Meski detik detik yang terus terlewat dari “due date” menjadikan kecemasan menggalayut dalam hatimu, aku ingin meyakinkan bahwa kami baik-baik saja.
Rabu, 21 Oktober 2015
Abii menjadi begitu siaga. Lebih sering menciumi perut buncitku dengan menuturkan kata-kata sayang hingga harapan agar si debay segera lahir. Beberapa kali mengirim pesan saat masih mengajar, memastikan keadaanku, apakah sudah ada tanda-tanda persalinan atau belum. Bingung harus mengakui perasaan yang mana, bahagiakah karena begitu di cemaskan dan diperhatikan?atau cemaskah karena Abii juga terlihat begitu cemas dengan kemunduran dari “due date” kelahiran yang telah dinyatakan dokter?
Aah,,Tuhan, jangan Kau buat ia sedih dan cemas seperti ini saat ia harus berjihad bersama anak-anak didiknya di medan pertempuran sana. Aku memilih tersenyum dan hanya meminta do’a agar reda rasa cemasnya. Aku yakin, Tuhan tahu yang terbaik untuk kami. Dan akan Tuhan pilihkan hari terbaik untuk kelahiran buah hati kita nanti.
“Hanah waladat Maryam,
Maryam waladat Isa,
Ukhruj ayyuhal maulud,
Bi kudrotil malikil ma’bud”
Aamiin...
Friday, 21 August 2015
Sebait perjalanan masa Pregnancy
Abii, begitu aku memanggilnya. Sosok yang makin lama ku kenali perangai sholihnya ini, makin hari makin semangat membagi ilmunya di sebuah sekolah menengah pertama di kecamatan sebelah. Alhamdulillaah, Maha Adil Tuhan yang dengan Kuasa-Nya menempatkan Abii sebagai guru tetap di sebuah sekolah bertaraf internasional di sini. Bahkan hanya terhitung beberapa hari setelah Abii resmi di wisuda dari Universitas kami. Seolah memang Tuhan sudah menata sedemikian rupa perjalanan hidup kami hingga tepat saat kami membutuhkan pekerjaan, Tuhan memberikan bahkan lebih dari yang sebelumnya kami bayangkan.
Dahulu, sebelum pada akhirnya kami memutuskan untuk membangun keluarga kecil bersama di bawah Ridho-Nya, pernah suatu kali aku meminta kepada Abii untuk membacakan al-Qur’an hingga sembilan kali khatam saat hamilku nanti. Ia menyetujuinya tanpa berpikir dua kali. Awalnya aku meragukan apa yang ia janjikan padaku. Karena aku rasa, hal itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Terlebih untuknya yang aku kenal dengan sifat cuek dan usia yang masih terlampau muda untuk melakukan hal berat yang berkaitan dengan kegiatan spiritual. Namun keraguan itu pudar begitu saja saat setiap pagi, siang dan malam tanpa kenal waktu ia lantunkan ayat-ayat suci itu tanpa sebuah keraguan. Bahkan tanpa aku ingatkan. Hampir setiap malam, setelah Abii terlelap, aku bangun dan mengecup seluruh wajahnya, menangis dan terus berucap syukur karena telah Tuhan kirim aku seorang malaikat sepertinya. Ia yang begitu menyayangiku apa adanya, yang begitu sabar dengan segala kekuranganku, yang begitu bijaksana menuntunku, membawaku lebih baik dari aku yang dahulu. Kurasa, Tuhan memberi lebih dari yang dahulu selalu aku pinta dalam do’a-do’aku saat penantian hadirnya pemilik tulang rusukku. Tuhan memberiku lebih dari sekedar kriteria imam yang selalu aku ajukan dahulu. Dan lagi, aku hanya bisa menangis haru mengingat semua ini. Segala yang Tuhan beri lewat hidup baruku bersamanya. Semoga Tuhan selalu memberikan kebahagiaan untukmu, wahai adam yang selalu membuatku merasa sempurna menjadi apa adaku. I LOVE U.
---
Tujuh bulan berlalu begitu saja, tepatnya dua puluh delapan minggu tiga hari, kami hidup bersama dengan calon buah hati kami. Padahal rasanya baru kemarin, Abii memelukku bahagia setelah kami tahu telah tumbuh janin dalam rahimku. Hari ini, enam belas Juli 2015, aku dan Abii sudah berada di tanah Lamongan untuk merayakan lebaran iedul fitri bersama dengan keluarga besar dari Abii. Setelah melalui perjalanan melelahkan dengan bus Magelang-Lamongan, kami memutuskan untuk melakukan USG di sini. Memastikan calon debay berada dalam keadaan baik setelah aku, ummii nya bermabuk-mabuk ria di bus semalaman. Entahlah, bawaan debay mungkin yang membuatku tidak bisa menahan perasaan mual yang begitu kuat saat berada di dalam bus. Dan ku katakan ini adalah sebuah nikmat istimewa yang Tuhan berikan hanya untuk para calon ibu di dunia ini.
“Bayinya sehat ya..semuanya dalam keadaan baik, mau tahu jenis kelaminnya buk?”, begitu tanya pak dokter yang sedang sibuk menggerak-gerakkan kursor USG di atas perutku. Spontan saja aku lempar pertanyaan yang sama kepada Abii. Dan kamipun setuju untuk mengetahuinya. Segala puji bagi Allah, dokter bilang dari ciri-ciri yang bisa terlihat, jenis kelamin buah hati kami insyaAllah perempuan. Bukan, bukan kami bermaksud “Ndisiki Kerso” ( Mendahului kehendak Allah ). Kami pasrah, bahkan akan sangat bersyukur akan Allah titahkan dengan jenis kelamin perempuan maupun laki laki nantinya. Yang selalu terucap dari do’a-do’a kami hanyalah kesehatan, kesempurnaan, dan sholihnya keturunan kami. Itu saja. Selebihnya, biar Tuhan jawab dengan kenyataan yang selalu lebih indah dari harapan-harapan yang menggantung di benak kami.
Sore ini, ada perasaan bahagia tak terhingga yang tiba-tiba Tuhan berikan pada kami lewat penglihatan kami dari hasil USG tadi. Mungkin beginilah perasaan yang orang orang punya saat takjub melihat bahwa ada seorang bayi mungil berada dalam rahimnya. Bahwa Tuhan memberikan amanah buah hati dari cinta kami berdua. Padahal, terakhir kami lihat dari USG saat awal kehamilan dahulu, ia hanya terlihat seperti lingkaran kecil yang berdetak. Dan sekarang, ia sudah sempurna menjadi bayi mungil, lengkap dengan gerakan kaki dan tangannya. Subhanallaah..jika saja seketika itu kami pantas menangis di hadapan dokter dan perawatnya, maka telah tersedulah kami atas keharuan ini. Aku, makin sayang dengannya, Abii, adam yang Tuhan beri kelembutan hati, hingga luluh pula hatinya dengan semua kebesaran-Nya ini.
---
Minggu terasa berjalan lebih cepat dari biasanya. Mungkin karena rutinitas Abii di sekolah yang sudah mulai berlangsung, juga nafsu makan bumilku yang mulai bertambah sejak ritual “morning sick” di awal kehamilan dulu. Semakin bisa menikmati kehamilan dan hari-hari dirumah dengan rutinitasku sebagai ibu rumah tangga. Sedikit bercerita tentang pekerjaan, aku dan Abii sepakat agar untuk sementara waktu, aku fokus dengan calon debay hingga buah hati kami lahir dan berusia sekitar 3-4 tahunan (Usia masuk Pendidikan Anak Usia Dini). Untuk kemudian jika Allah beri kesempatan untukku memanfaatkan ilmu di sebuah sekolah. Beberapa tawaran mengajar sempat datang kepadaku. Dari playgroup hingga sebuah instansi Madrasah Aliyah yang kebetulan memang sedang membutuhkan tenaga pengajar bahasa Arab. Bagaimanapun inginku untuk segera bisa memanfaatkan ilmu, apalah daya. Yakin saja, suatu saat nanti akan Allah beri kesempatan untukku lagi setelah aku melaksanakan tugas yang lebih mulia, mendidik buah hati kami dengan sebaik baiknya pendidikan. Bukan kah memang ibu adalah seorang guru pertama dan yang utama?
Terlebih dengan impian kami menjadikan buah hati kami cinta al-Qur'an, cinta kepada Tuhannya
,adalah impian yang sejak dini harus kami tanamkan. Tidak ingin ada kebodohan dan kekeliruan pendidikan seperti yang dahulu kami terima. Semoga, ilmu tentang parenting yang masih tak seberapa ini terus bertambah dan dapat kami laksanakan demi amanah yang masih aku kandung ini.
*Bersama Do'a-do'a ini, istajib du'aa anaa ya Rabb..
:')
Thursday, 20 August 2015
Menimba ilmu di Pasca Sarjana
Kamis, 20 Agusus 2015
02.30pm
Monday, 17 November 2014
7 Jumadil Ula 1435 H
Kau tau?seberapa aku mengkhawatirkan keberadaanku di hatimu?
aku takut.sangat takut.
Tidak ingin ada seorangpun yang boleh mencintaimu lebih dari aku.
Tidak ingin ada sedetikpun waktu yang melewatkannya denganmu selain aku.
Aku sangat mencintaimu, adam yang Tuhan ciptakan laksana rembulan dalam gelap malamku.
Adam yang Tuhan sematkan satu tulang rusuknya dalam aku.
---
Hari ini, pukul 07.00, tertanggal, 7 Jumadil Ula 1435 H, ijab qobul syah terikrarkan.
Detik yang selalu aku takutkan bukan teruntuk aku pun, Tuhan berikan jawaban.
Aku menjadi milikmu. Selamanya.

Wisata Bahari Lamongan, Kado Istimewa Sidang Munaqosyah dari Suami
Hingga sudah tidak tahu lagi harus bersyukur dengan apa dan bagaimana. Dengan bahasa sastra pun sepertinya tidak akan mampu mewakili rasa syukurku kepada Dia yang telah berbelas kasih mengizinkan aku melakukan pendaratan nyaris sempurna sedang aku tidak pernah bisa terbang sedikitpun.
Dari detik pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal skripsi, seminar proposal, pengajuan surat penelitian, penelitian, proses pengetikan skripsi, konsultasi, revisi, pendaftaran sidang (munaqosyah), hingga persidangan dilaksanakan, rasanya seperti menaiki lift saja.
"Fa bi ayyi aalaa i Robbikumaa Tukadzibaan?"
Ah..rasanya ingin sekali berjingkrak dan mengungkapkan bahwa aku sangat bahagia kepada-Mu, Tuhan.
Satu lagi, sesuatu yang istimewa yang ingin aku berikan kepada Bapak dan Ibuk saat wisuda nanti, adalah "Cumlaude" yang aku impikan selama ini. Mungkin aku tidak akan bisa membahagiakan mereka lebih dari ini. Mungkin aku tidak bisa menjadi seperti yang mereka inginkan lebih dari ini, memakaikan mahkota kemuliaan kepada beliau beliau. Ya.. sudah ku putuskan, untuk mencari pintu lain menuju syurga untuk mereka, kedua orang tuaku. Dan Allah tahu itu. Aku begitu menyayangi mereka. Dan karena itu aku harus menjadi isteri baik dari imamku.
Dan dibawah ini adalah beberapa photo penulis dengan sang suami saat berlibur ke rumah mertua (Lamongan), Wisata Bahari Lamongan, sebagai kado dari suami atas selesainya strata satuku di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2014.
Terimakasih abah, yang sudah mau menemani kita jalan-jalan seharian, Ummik yg selalu bimbing aku dirumah dan rela ditinggal sendirian waktu kita jalan-jalan, dek faris, rara, juga sayangku, kalian semua, terimakasiiih.. :*







Sunday, 16 November 2014
Betapa Kita harus Bersyukur
Monday, 27 October 2014
Sepenggal Kisah yang tak Terungkap
---
Malam ini begitu dingin. Dedaunan serempak berlari-larian dikejar angin. Bintang-bintang tampak buncah, memecah pekat gelapnya malam. Membuat suasana lengkap terasa begitu damai. Tidak ada suara sedikitpun kecuali siulan angin yang berulangkali melewati tepat di depan daun telingaku. Sebentar lewat, berhembus, kemudian berbisik satu dua kalimat. Memaksaku untuk mengembalikan secuil ingatanku tentang sebuah kisah tak terungkap, sebuah kasih yang terbelenggu. Aku dan mas Aidan, begitu aku memanggilnya.
Perangai lelaki paruh baya itu, lelaki yang terpaut beberapa tahun denganku, ia bernama Aidan. Aidan Syahputra. Lelaki yang belakangan aku tahu bahwa ia adalah pindahan dari universitas luar negeri. Anak-anak sepertinya sangat welcome dengannya. Aku?Entahlah. Sedikit meremehkan dengan para lelaki yang sering unjuk gigi di depan kelas hanya karena sengaja untuk mencuri pujian dan lirikan "ibu-ibu arisan" di sini. Aku lebih memilih diam dan mendengarkan malas ocehan mereka atau menghempaskan segala argumen yang mereka utarakan dengan satu atau dua kalimat pedasku. Ya..aku bukan tipe cewek penggila cowok pamer. hahaha. Lebih tertarik pada dia yang cuek dan sok misterius seperti dia yang hari ini duduk tanpa ekspresi di barisan depan sana. Fahmi Basya.
-aku : Sania : orang yang bingung dengan perasaannya sendiri, hingga suatu saat ia bimbang menentukan pilihan antara memilih Aidan atau Fahmi. dan begitu sakit hati, hingga menyimpan benci yang begitu mendalam pada Aidan yang telah mencampakkannya. Namun akhirnya ia sadar, bahwa Fahmi adl laki-laki yang terbaik untuk dia.
-kau : Aidan : orang sok alim yang deketin Sania, nyuri hatinya dan ternyata brengsek
-Dia : Fahmi : cowok sok cool yang dari awal sania suka, dan dia juga suka, tapi bisa jaga kehormatan sania. dan akhirnya melamar sania.
Sunday, 19 October 2014
Untuk Ani
Kau bukan yang menginginkanku bahagia seperti ini?tapi mengapa kau pergi?
Kau bukan yang dahulu selalu memberikan janji janji mimpiku?
Aku ingin, sekali saja, kau melihatku bahagia.. sekali saja.
Bahkan kau harus tahu, bahwa adikmu ini sudah berada dipelukan orang yang selalu ingin membuat adikmu ini bahagia. Dan aku ingin memperkenalkanmu dengannya, imamku.
Ku mohon ani, datanglah sekali saja. aku ingin berbagi bahagiaku denganmu.
Allahku, semoga Kau sehatkan ia. Kau sakinahkan keluarganya.
Aamiin.
Yang merindukanmu,
imooto.
Friday, 17 October 2014
Thursday, 2 October 2014
Abang*
Bukan. Bukan berarti dia memiliki bagian atas hatiku. Hanya saja, separuh aku sudah menerimanya sebagai bagian dari hidupku, dia adalah abangku. Abang yang walau sampai kapanpun tidak akan pernah siapapun temukan tentang kesamaan DNA di antara kami. Abang yang tidak akan pernah kalian dengar ceritanya di masa kecilku dulu.
Aku selalu begitu. Cemburu kepada siapapun yang sudah terlanjur aku sayang, kemudian menyayangi dengan selain aku. Entah itu abang, adik, atau siapapun. Tidak memandang ia laki-laki maupun perempuan sekalipun. Aku tetap cemburu. Dan begitulah sayangku. Perasaan yang mungkin akan orang benci ketika aku sudah bersuami, namun masih mempertahankan sayangku kepada selain beliau. Perasaan yang hanya aku, suamiku, dan ALLAH tahu.
Aih..sudahlah. Akan ada detik setelah ini yang membuatku lupa aku pernah menyayanginya. Akan ada detik dimana ia menyadari bahwa ada yang pernah tulus menyayanginya.
Aku yang akan pergi bang. Aku yang akan pergi.
#Tulisan entah kapan ini, dan sengaja penulis post ke Blog sebagai salah satu karya melankolisnya penulis. XD
2014
Kau Ingatkan aku, Allahku.
Dan lagi, sesuatu yang membuatku begitu "terenyuh" (begitu istilah jawa saking terharunya) adalah saat beliau membacakan ayat demi ayat suci al-Qur'an dengan irama yang begitu syahdu. Aku begitu hafal dengan ayat ini. Namun naifnya, Allah sedang "membuat"ku lupa, ayat berapa dan surat apakah yang tengah imamku bacakan.
Astaghfirullahhal'adziim..
Lalainya aku.. dan telah Kau ingatkan aku dengan cubitan kecil melalui imam magribku kali ini.
Allah..jagakan ayat-ayat-Mu selalu dalam kalbuku. Dan jadikanlah ia penerang dalam gelapnya hatiku. Jadikan ia petunjuk dalam setiap langkah kami menuju Ridho-Mu, Riho-Mu, Ridho-Mu.
Aamiin..
Wednesday, 1 October 2014
PPL-KKN Terindah di SMK Muhammadiyah Karangmojo, Gunungkidul
Bukan mudah perjuangan kami disana. Berada di tengah-tengah keluarga besar SMK Muhammadiyah Karangmojo, berada di antara lingkungan Muhammadiyah, juga masyarakat yang beberapa memiliki perbedaan keyakinan, non islam. Dan kami harus dengan sigap mencairkan diri, membaur dengan segala perbedaan yang pada awalnya terasa begitu tajam.
Apalagi membaur dengan masyarakat. Membaur dengan satu kelompokpun membutuhkan waktu yang tidak cepat. Harus bisa menahan ego, bertoleransi bahkan dengan hal-hal kecil, juga melatih kepekaan sosial. Bagaimana memprioritaskan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Bagaimana bekerjasama agar semuanya terselesaikan tepat pada waktunya.
Semuanya kami dapat disana. diperasingan 3 bulan kami.
Dan yang paling aku benci dari sebuah kebersamaan yang "baru saja" terjalin erat ini adalah, sebuah perpisahan.
Berpisah dengan orang-orang yang banyak mengajarkanku bagaimana caranya bercinta dengan perbedaan. Aku bilang,
b. e. r. a. t.
Namun apalah daya, rasanya tidak adil jika Tuhan mempertemukan kami namun dengan memisahkan kami dari keluarga, orang-orang yang memang semestinya selalu bersama kami.
Jadi.....
Untuk kenangan tak terhingga 3 bulan kita,
terimakasih. terimakasih kawan...





Terimakasih sekali, untuk ilmu berharga yang tidak akan pernah penulis dapat ditempat lain lagi selain dari gerilya 3 bulan kita.
Untuk Pak haror yang hari-harinya dipenuhi dengan protes penulis, semoga Allah menyembuhkan luka menganga yang penulis buat. :D
Untuk Bu Aini, yang banyak mengajarkan, mengisnpirasi serta memotivasi penulis, jazakillah bu.. Semoga skripsi kita diperlancar. Aamiin.. jangan lupa bahasa Arab ya.. ;)
Untuk Ngelpi, sosok kakak juga adik juga sahabat yang sering banget bikin ulah tentang sisik, dan banyak ngomel tentang KW KW, Sukses ya ngapaknyaa.. Segera menjadi halal dengan si Tulang. Aamiin.
Untuk Pinta, tetangga rumah, temen gojekan yang paling klop apalagi kalo jadi satu sama si Tika, Senior tahfidzku.. :* (Maaf, detik terakhir kebersamaan kita justru aku hancurkan :'(, but u must know, that i love you, u're my friend, and always be)
Untuk Kakak Hening, Miss Habatussauda', yang dulu jadi musuh bebuyutan penulis, dan sekarang jadi kakak terbaik penulis, jangan menyerah untuk melangkahkan niat sucimu. Kembaran pak Yarudin menunggumu.. wkwkwk. pisss..
Untuk Bu Aya, Nona manyun *kalo pas lagi poto, Orang yang selalu bikin penulis penasaran karna hpnya dikunci gembok. Padahal kalo g dikunci malah g akan ada yang penasaran loh.. :p, Terimakasih untuk selalu menjadi pencair suasana ditengah tengah kita. U're inspired me. :)
Untuk Bu Cici, jujur saja, penulis iri berat dengan sifat pendiam yang bu cici punya. Hal paling sulit yang bisa penulis lakukan. hahaha. Terimakasih pernah sekali memuji suara penulis seperti suara Fathin, Penulis jadi yakin kalau penulis punya sisi positif yang bisa dikembangkan. :*
Untuk Pak Al, yang suka keluar tanduk kalo kelaparan, yang paling peka kalo ngobrolin obrolan "malam", yang g berani renang, yang kalo pagi suka lomba pake pelembab sama para ibuk-ibuk, yang paling jago tentang per'ta'rarufan, sesungguhnya Para Malaikat meng-Aamiini do'a setiap niat baik Adam yang menginginkan halal atas hawanya. :) Ayoook.. segera akhiri ta'arufnyaaa.. ;)
Untuk Pak Sholeh, kau tau pak, kami semua sayang dengan pak Sholeh, karenanya kami ingin pak Sholeh kembali seperti dulu. Semoga Allah memberi petunjuk. :)
Untuk Pak Wachid, Maaf, :* (Sun kaget :p )eh, jangan pada ngiler lhoh yah... :D
Aku akan selalu merindukan kalian dan kebersamaan kita. Pasti :)
Sunday, 28 September 2014
Milad Komandan 21th
Aku sudah tidak tahu harus berbuat apa di hari ulang tahunmu nanti. Kue tart dengan beberapa lilin magic seperti tahun lalu kah?atau movie maker?atau bahkan kado lain?
Sungguh aku ingin membuat semuanya sempurna saat 15 Agustus datang. Selalu begitu. Dan selamanya akan seperti itu.
Dan jadilah aku hanya mampu membuatkanmu sebuah tumpeng nasi kuning, yang kau harus tahu bahwa aku belum pernah membuat sebelumya. Apalagi membuat, melihat ibuk atau siapapun membuatnya pun aku tak pernah.
Dan aku lagi-lagi hanya punya satu alasan mengapa aku melakukan hal yang semestinya mustahil aku bisa,
ia adalah,
cinta.
---
Malam itu, pukul 01.00am, 15 Agustus 2014
Dan aku sudah terjaga. Berharap ada seseorang yang menemaniku berkarya (tumpeng) malam ini.
Walau hingga sebelum fajar tetap saja hanya kau yang aku bangunkan untuk sholat malam. Dan semuanya sudah siap.
---
Selamat Ulang Tahun, Sayang..
Semoga kau dapatkan lembaran syurgamu dengan aku.
*Tangis bahagia ini untukmu, yang selalu membimbingku.



*Di Depan Kontrakan KKN kita :)
Saturday, 27 September 2014
Opening Semesta Educa
Hari ini, Ahad 28 September 2014, Bimbingan belajar Semesta Educa resmi kami buka. Semoga bermanfaat bagi generasi penerus bangsa kita, menjadi jaya dan semakin berkembang, serta mendapatakan Ridha dan Berkah dari Sang Penguasa Jagat Raya.

*Beribu terimakasih untuk Orang tua penulis, Bapak Pininto Kun Kacaryo dengan Ibunda Sri Iin Setyawati, serta Abah Jamuji dan Ummi Umu Khulsum yang tidak pernah lelah mendukung dan mendo'akan kami, kalianlah inspirasi terbesarku.
*Direktur Semesta Educa, Muhammad Wachid Abrori yang sudah selalu berjuang untuk berdirinya Bimbingan Belajar ini. Dan untuk kerjasama tim yang hebat, I really proud of you.
*Dan semua pihak yang dengan senang hati mendukung dan mendo'akan usaha kami, jazakillah.
.

Direktur : Muhammad Wachid Abrori
Manager : Desty Prasetyaningtyas
Sunday, 7 September 2014
Untuk Komandan, Imamku.
Semburat jingga menyelimuti cakrawala hari ini, membalut semua
yang terbungkus hingga relung sumsum..
Ketika sepasang insan merenda kisah menuai kasih, terpekurlah
oleh kehendak akan betapa kuatnya ikatan..
Laksana temaram menjilat lekukan tubuh, melumat apapun yg
menyiratkan perasaan..
Sayang..
Hari ini kuurai kata lebih banyak...
Saat ini kurangkai kalimat lebih lancar...
Pun detik ini bisa saja kita terdiam tanpa kata apalagi kalimat...
Sayang..
Kau tau moment ini tak menelantarkan jiwaku..
Juga perasaanmu berhamburan membuyarkan derai ombak di
latarmu..
Sayang...
Bukan sesumbar kata yg terucap lalu lenyap bersama malam,
bukan pula penyejuk hati nan risau tanpa membekas di ujung-
ujung kalbu..
Sayang...
Kau tumpahkan apa yg sebisamu kau pertaruhkan..
Kau tuangkan butir-butir kasih biar merembes menerobos
tulang..
Kau tengadahkan wajah sembari menguak isyarat perhatian..
Kau lepaskan kepenatan raga biarkan bergejolak segala keluh
kesah..
Sayang...
Aku menggandengmu bukan keperkasaanmu..
Aku memilihmu bukan ketenaranmu..
Aku hanya seonggok harapan yang sekiranya kita uraikan
bersama..
Sayang...
Kesesuaianmu menggetar kalbuku..
Berbaur hingga alampun mengangguk..
Dan moment itu kuingat peluhmu menderas membekas sepanjang
tanganmu mendekap..
Lalu tanpa ...
Tuesday, 12 August 2014
Menikah tidak bisa membahagiakan orang tua?
Pertanyaanku sebagai seorang mahasiswi yang sudah menikah, apakah aku yang sudah menikah ini dinilai tidak mampu membahagiakan kedua orang tua?
Apakah benar, yang belum menikah sajalah yang mampu membahagiakan kedua orang tuanya?
Aku bilang, tergantung dari sudut pandang mana anda melihat.
Ketika anda melihat dari sudut pandang material saja, mungkin akan sekilas terlihat bahwa hanya yang belum menikah lah yang mampu membahagiakan kedua orang tuanya. Logikanya, seseorang yang belum menikah belum punya tanggung jawab untuk menafkahi isteri maupun anaknya. Hal ini tentunya akan menjadikan dia lebih mudah untuk lebih memprioritaskan kebahagiaan orang tuanya dalam hal ekonomi.
Berbeda dengan seseorang yang telah menikah bahkan sebelum ia lulus dari kuliahnya. Belum saja bekerja, belum saja mendapatkan penghasilan sendiri, ia sudah harus memprioritaskan isteri dan rumah tangganya sendiri dari pada kedua orang tuanya yang sejak dulu sudah mengasuh, membiayai sekolah hingga sarjana. Padahal harapan dari kedua orang tuanya ketika lulus adalah “memanen” dari hasil kerja keras kedua orang tuanya selama ini.
Begitukah?
Mari coba kita lihat dari sudut pandang spiritual.
Bukan tanpa beribu pertimbangan, ketika orang tua melepaskan anak-anaknya untuk memutuskan mengambil jalan pernikahan. Hal ini bukan sesuatu yang tanpa sebuah keberatan. Namun, andai saja kita mau melihat keluar sana, fenomena perzinaan marak dimana-mana, anak perempuan kehilangan kesuciannya, anak laki-laki kehilangan kekuatan imannya, orang tua jatuh martabatnya, bayi-bayi tidak berdosa kehilangan nyawanya. Andai kita mau membuka mata sedikit saja, bahwa kehidupan di luar sudah tidak seaman jaman muda-mudi orang tua kita. Bahwa setan-setan sudah tidak selugu saat berpacaran orang tua kita dahulu.
Jadi, untuk investasi jauh ke depan, ingin dibahagiakan dengan seperti apakah anda, para orang tua?
Akan tenang-tenang saja kah para orang tua yang melepaskan anaknya jauh ke perantauan?
Seharusnya tidak.
Marilah, sejenak kita renungkan. Betapa kali ini kita harus berdemokrasi dengan berkembangnya zaman, bertoleransi dengan majunya peradaban.
Syukron.
Thursday, 5 June 2014
Busuk
Salah satu karya hiperbolis penulis yang tidak melalui seleksi sensor :D
Sepertinya tulisan ini muncul saat penulis mulai banyak dijauhi teman teman karibnya di komplek pesantren karena penulis terpilih menjadi salah satu pengurus pusat waktu itu. Entahlah..mengingatnya membuatku berkunang kunang, lebih baik langsung post done saja. 😂😂😂
.
.
.
Semua orang mulai memperlihatkan belangnya. Siapapun.
Satu persatu memperlihatkan bagaimana wajah asli mereka.
Lalu apa?
Akhirnya tangis sekeras apapun tidak akan merubah apa yang mereka lakukan.
Balas budi kah ini?
Setelah selalu aku siram tanaman-tanaman itu, lalu kemudian aku hanya di sodorkan bangkainya.
Semuanya, B U S U K
Pikirkan saja sendiri hidupmu. tidak usah kalian hiraukan aku dengan segala kerapuhanku.
Kalian sudah bahagia bukan...
Friday, 9 May 2014
Friday, 25 April 2014
Banjari Amanatul Ummah, Suami
Dan di bawah ini, adalah beberapa dokumentasi yang berhasil penulis curi dari sebuah group jejaring facebook yang menyertakan mas Wachid Abrori (suami penulis) sebagai vokalis di sebuah kelompok banjari Jawa Timur.
Percaya atau tidak, aku jatuh cinta padanya, LAGI DAN LAGI.
Komplek Q *memomemo
Silahkan klik,
-Festival Hadroh DIY, Tsamrotul Muna
http://www.youtube.com/watch?v=s-vxRufz2oU
-Cerita Romadhon Komplek Q
http://www.youtube.com/watch?v=1bU5s3yhM3E
Wednesday, 23 April 2014
Kenangan Penting tentang Cinta
Aku mengenalnya lewat sosialisasi pembelajaran kampus baru kami, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kala itu, aku hanya bisa melihatnya dari ujung kelas. Mencari tahu tentang namanya, nomor telfonnya. Kemudian, sesekali mata kami bertemu, membuat sepersekian detik hidupku serasa berhenti. Semuanya membias. Hanya ada aku, dan dia serta degub jantungku yang terdengar begitu jelas. Aku jatuh cinta, pada pandangan pertama.
Aih..apakah sama dengan yang di sana?
Entahlah.
Hari-hari berikutnya perbincanganku dengan beberapa teman baruku hanya seputar dia, lelaki yang ku lirik manisnya, Muhammad Wachid Abrori. Atau yang akrab kami sebut MW.
Beberapa hari setelah pesan singkat ku layangkan sebagai permintaan pertemananku, dia mengajakku bertemu untuk mengerjakan tugas akhir sospem bersama di sebuah warnet dekat kampus. Kala itu aku sedang ijin pondok beberapa hari karena kegiatan kampus yang begitu padat. Dengan penanmpilan yang "berbeda" ku beranikan diri untuk bersua dengannya. Jaket semi jeans, jilbab paris dan sarung khas madura sebagai identitasku, santri pondok. Jelas, pertemuan ini harus dengan etika seorang santriwati yang sedang bertemu santri laki-laki. menundukkan kepala, berbincang seperlunya.
Dan begitulah, pertemuan pertama kami. ada raut malu bercampur bahagia di sudut matanya.
Lima hari terhitung sejak hari pertama sospem, kami sudah banyak saling tahu. Aku banyak bertanya tentang latar belakang sekolahnya yang ternyata dulu dia adalah salah satu siswa Gontor, tentang keluarganya juga tentang bagaimana ia sampai di sini, Jurusan baru kami, Pendidikan Bahasa Arab. Begitu juga dengan dia yang begitu bersahabat menerimaku dan tidak enggan untuk saling bertukar cerita.
Masachid, begitu aku memanggilnya.
Wednesday, 16 April 2014
Borobudur "Jalan-jalan men!!!"
Jadi gini ceritanya,
Kedua temen penulis, sebut saja eyang (nama aslinya panjang banget sehingga penulis kesulitan dalam menuliskannya :D "Umi Khulsum Nur Qomariyah Magister Biologi Al-Hafidzoh wal hamilah wal jamilah") dan satunya lagi mbak leha (siti julayha), lagi pengen ngawalin liburan lebaran dengan menginap di gubug penulis, Magelang.
Sekalian tuh kita mampir ke candi Borobudur lewat belakang (*baca=masuk gratis).
Maaf g bisa "ngopeni" kalian di rumah dengan baik. Terimakasih sudah mau berkunjung. Jangan kapok yaaa...
:*
Ayook..siapa pengen ke candi bareng penulis lewat belakang?
Daftarkan segera!!!kesempatan terbatas.
:D
Silahkan tinggalkan komentar di bawah ini yaa..
Tuesday, 15 April 2014
Proposal Skripsi
"Wisuda kapan?"
"Udah skripsi?"
atau "Udah ngerjain proposal?"
"Skripsinya sampai mana?"
dan pertanyaan-pertanyaan membosankan lainnya yang tidak lain hanya mempull down semangatku.
Kenapa?
Kenapa tidak malah menyulut api semangatku?
Entahlah. Hanya saja, satu hal yang perlu kamu tahu adalah, start awal proses pembuatan proposalku bahkan sudah jauh sebelum semuanya sibuk mencari judul.
Terlalu berani mungkin. Dan terlalu pengecut pastinya. Sudah aku ajukan judul beserta proposalku di awal semester 6. Sebelum aku menikah, tepatnya. Berharap, saat menikah aku sudah lebih tenang karna judul dan proposalku diterima oleh pembimbing akademikku, Bapak Abdul Munip.
Tapi apa mau dikata. Tidak ada seorangpun yang bisa menggugat keputusan seorang dosen, begitu katanya. Siang itu, pukul 11.00 aku sudah duduk manis di ruang Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dengan sederet kalimat yang sudah kususun rapi beserta beberapa kalimat penguat agar judul dan proposalku diterima. Mencoba datang lebih awal karena tidak ingin memberi kesan tidak baik untuk pertemuan pertama bersejarah ini. Beberapa mahasiswa juga terlihat antri menunggu dosen. Ada janji juga, mungkin.
15 menit berlalu, akhirnya ku layangkan sebuah pesan singkat untuk beliau. Memastikan beliau tidak lupa untuk bertemu denganku siang ini.
Tidak lama kemudian beliau datang. Dengan satu kalimat tanya sederhana, beliau sukses membuat nyaliku ciut seperti balon yang di lepas ikatannya.
"Coba mana judulnya?" (membaca)
"Kamu semester berapa?"
"Semester 6 Bapak.." (keringat dingin)
"Kamu masih harus banyak baca ini. Judul ini sudah banyak..Rajin-rajin ke perpus biar kamu g kuper.."
GLEK!!!
Mendadak seluruh tubuhku seperti kehilangan kendali. Tulang-tulangku seperti tak bersendi. Nadiku malu-malu berdenyut. Seperti ingin langsung menenggelamkan diri ke dasar lautan yang bahkan tidak ada ikan di sana. aku, m a l u.
Hanya sebesar itu nyaliku. Sekarang, setiap kali berpikir tentang proposal, terlebih skripsi, aku seperti ingin muntah. Sepertinya ini yang dinamakan frustasi. Dan frustasi hanya untuk orang-orang bermental kerupuk. Dan itu, aku.
Tuhan..bukankah aku masih bersama belas kasih-Mu?
Aku ingin mengajukan proposalku hanya pada-Mu saja ya?
Bahkan Kau tidak pernah sekalipun menolak proposalku bukan?
Aku harus bagaimana, Tuhan?
Saturday, 12 April 2014
PPL
belum lagi praktik ngajar di kelas yang jujur adalah hal paling menakutkan buat gue, mahasiswi yang sekalipun g pernah dapetin pelajaran apapun tentang bahasa arab di sekolah dulu.
Oh God.Jadi?Gue?Gimana?
Okey. lets make it enjoy.
#ngehibur diri
Usaha pertama yang harus gue lakuin adalah wawancara temen-temen terdekat gue yang sekiranya bisa nuntun gue ngajar, ngajar B-A-H-A-S-A-A-R-A-B. keren kan???!!!
Saturday, 5 April 2014
Taman Lampion
Dengan iringin lagu kenangan kita, Yogyakarta.
ALL ABOUT YOGYAKARTA IS ALL ABOUT US.
Di bawah ini, beberapa foto selfy penulis di objek wisata Taman Lampion, ato yang akrab dikenal dengan sebutan Taman Pelangi,
Objek wisata ini mirip banget dengan salah satu objek wisata di Malaysia, bedanya, desain di sini masih sederhana dan belum cukup terkenal di luar Jogjakarta.
Yuk kita intip..
Wedding Ceremony
Untuk bulek dan adek yang udah dandan cantik dan udah sibuk jahit gamis seragam kesana sini tapi g sempet foto...thanks a lot. Maaf dest merepotkan kalian..
And special for everyone, terimakasih telah hadir di syukuran kami. jazakillah..